REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Menteri Pertahanan Israel Naftali Bennett telah membatalkan inisiatif yang diambil oleh tentaranya terkait pengujian virus corona atau Covid-19 pada sampel yang datang dari Jalur Gaza yang diblokade. Hal ini dilaporkan media Israel sebagaimana dilansir di Anadolu Agency, Kamis (23/4).
Belum diketahui alasan pembatalan pengujian sampel yang datang dari warga Gaza itu. Namun, harian Maariv dalam laporannya menyebut, Pemerintah Israel membatalkan inisiatif tersebut karena tidak mengetahui apa yang dilakukan oleh tentaranya. Menteri Bennett mengaku tidak mengetahui inisiatif tentara karena kurangnya komunikasi.
Tentara Israel baru-baru ini mengumumkan inisiatif untuk melakukan 50 pengujian virus corona per hari pada sampel dari Jalur Gaza. Inisiatif ini berlangsung selama dua hari dan hanya 100 sampel yang diuji di salah satu pangkalan militer di pinggiran Jalur Gaza.
Pihak berwenang Israel, masyarakat sipil dan media telah memperingatkan bahwa wabah virus corona di Jalur Gaza mungkin menimbulkan risiko serius bagi Israel. Setidaknya 17 kasus virus corona telah dicatat di Jalur Gaza yang telah diblokir selama 14 tahun. Saat ini, pengujian untuk virus tersebut sedang diawasi oleh Otoritas Palestina dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Juru bicara Kementerian Kesehatan Gaza Ashraf al-Qidra pada 8 April lalu menyatakan Jalur Gaza tidak memiliki lagi alat uji virus corona. Kondisi ini meningkatkan kekhawatiran bencana jika penyakit itu akan menyebar di daerah yang sedang diblokade. Pengujian di laboratorium pusat telah berhenti, setelah alat uji virus corona benar-benar habis.
Jalur yang diterpa dengan kemiskinan selama bertahun-tahun ini berada di bawah blokade oleh Israel. Upaya ini, diakui Pemerintah Israel, sebagai tindakan untuk menghentikan aliran senjata dan uang ke pemegang kekuasaan Palestina di Gaza, Hamas.
Qidra mengatakan lusinan sampel sedang menunggu pengujian dan membuat ratusan orang harus tetap berada di fasilitas karantina. Dia mengimbau kepada organisasi internasional untuk membantu Gaza dengan memberikan alat uji serta 100 ventilator dan 140 tempat tidur untuk unit perawatan intensif.