REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Dalam perayaan 50 tahun hari Bumi, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres meminta masyarakat di seluruh dunia bertindak lebih tegas. Tidak hanya untuk melindungi bumi dari virus corona tapi juga pemanasan global.
Guterres menyerukan perpindahan dari ekonomi abu-abu ke ekonomi hijau yaitu mengakhiri subsidi pada industri bahan bakar fosil dan meminta penghasil polusi untuk membayar polusi yang mereka hasilkan.
"Dalam Hari Ibu Bumi Internasional ini, semua mata tertuju pada pandemi virus korona atau Covid-19, tantangan terbesar yang dunia hadapi sejak Perang Dunia II," kata Guterres, Kamis (23/4).
Sekretaris Jenderal PBB itu mengatakan negara dan masyarakat harus bekerja sama dalam menyelamatkan nyawa dan mengurangi penderitaan. Tapi, menurutnya masih ada keadaan darurat yang perlu dihadapi yaitu krisis lingkungan yang berlangsung saat ini.
"Keanekaragaman hayati mengalami penurunan tajam dan gangguan iklim mendekati titik yang tidak bisa dikembalikan lagi," kata Guterres.
Hingga saat ini sedikitnya ada 2.564.190 kasus positif corona di seluruh dunia. Dari angka ini dilaporkan ada lebih dari 177 ribu kasus meninggal dunia, di mana dua per tiganya berasal dari Eropa.
Karena pandemi virus corona sebagian besar negara melarang warga mereka keluar rumah. Kebijakan itu tampaknya memberikan dampak yang cukup baik bagi alam. Seperti yang terjadi di New Delhi, India sebagai kota yang paling berpolusi di seluruh dunia.
Sejak pemerintah India menerapkan karantina wilayah, New Delhi tidak lagi diselimuti asap atau polusi udara, sesuatu yang tidak lagi pernah terjadi dalam beberapa dekade terakhir. Polusi nitrogen dioksida di barat daya Amerika Serikat turun 30 persen. Tingkat polusi udara di Roma, Italia pada pertengahan Maret hingga pertengahan April turun 49 persen dibandingkan tahun lalu.