REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Koalisi militer pimpinan Arab Saudi memperpanjang gencatan senjata selama sebulan di Yaman. Hal itu dilakukan agar negara tersebut bisa menanggulangi wabah Covid-19.
“Perintah koalisi menegaskan kembali bahwa masih ada peluang untuk memfokuskan semua upaya guna mencapai gencatan senjata yang komprehensif dan permanen,” kata juru bicara koalisi militer Saudi Kolonel Turki al-Maliki pada Jumat (24/4).
Gencatan senjata selama dua pekan yang diumumkan koalisi Saudi sebelumnya seharusnya berakhir pada Kamis (23/4). Namun, kelompok Houthi yang menjadi sasaran operasi militer Saudi memang tak sepenuhnya menerima jeda konfrontasi tersebut.
Peperangan masih berlangsung di beberapa provinsi di Yaman. Hal itu memicu kekhawatiran bahwa negara tersebut tak akan mampu menangani penyebaran Covid-19. Sejauh ini, Yaman baru melaporkan satu kasus virus corona.
Pada Kamis pekan lalu, kepala bantuan PBB untuk Yaman Mark Lowcock mengatakan, ahli epidemiologi telah memperingatkan bahwa Covid-19 dapat menyebar lebih cepat dan luas di Yaman. Konsekuensinya lebih mematikan daripada di negara lain.
Dia menyebut tiga perempat dari program-program utama PBB akan mulai ditutup dalam beberapa pekan mendatang jika tak dapat mengamankan dana tambahan. "Orang-orang yang jatuh sakit cenderung menemukan lebih sedikit klinik untuk membantu mereka. WHO memperkirakan bahwa 80 persen layanan kesehatan yang diberikan melalui respons dapat berhenti pada akhir April," ucapnya.
Yaman telah dibekap konflik sejak 2014. Sekitar 80 persen populasinya atau sekitar 24 juta jiwa membutuhkan bantuan kemanusiaan. PBB telah menyebut bahwa kondisi di sana merupakan krisis kemanusiaan terburuk di dunia.