REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Angka kematian akibat virus corona jenis baru atau Covid-19 di Inggris mencapai 20.319 jiwa hingga Sabtu (25/4). Inggris saat ini berada di urutan kelima dengan jumlah kematian terbanyak setelah Amerika Serikat (AS), Italia, Spanyol, dan Prancis.
Para ilmuwan mengatakan, tingkat kematian akan menurun dengan cepat dalam beberapa pekan lagi. Menteri Dalam Negeri Priti Patel mengatakan, pandemi virus corona di Inggris belum mencapai puncak. Karena itu, dia mendesak seluruh warga Inggris agar tetap tinggal di rumah.
Beberapa warga Inggris mulai mengabaikan saran pemerintah untuk tetap tinggal di rumah. Data menunjukkan penggunaan mobil pribadi di jalan raya mulai meningkat pada pekan ini.
"Instruksi kami tetap jelas, orang-orang harus tinggal di rumah, melindungi NHS (Layanan Kesehatan Nasional), dan menyelamatkan nyawa. Kami tahu bahwa orang-orang frustrasi, tetapi kami tidak keluar dari bahaya. Sangat penting bahwa kami terus mengikuti aturan," ujar Patel.
Pemerintah telah berupaya untuk meningkatkan jumlah tes dan memenuhi kekurangan alat pelindung diri bagi tenaga medis. Data Kementerian Kesehatan pada Sabtu menunjukkan bahwa 28.760 tes dilakukan pada 24 April. Hal itu kemungkinan akan memberikan tekanan lebih lanjut kepada pemerintah yang menargetkan 100 ribu tes per hari pada akhir April.
Ada kekhawatiran bahwa pengujian yang terbatas akan memperpanjang pemberlakuan lockodown. Hal ini dapat menjadi pukulan yang sangat buruk bagi perekonomian Inggris. Direktur Medis NHS Stephen Powis mengatakan, NHS tidak kewalahan dalam menerima pasien infeksi virus corona. Sekarang rumah sakit telah bersiap untuk meningkatkan perawatan pasien yang tidak terinfeksi virus tersebut, seperti memulai kembali prosedur operasi.
"Karena kita sekarang mulai melihat penurunan, penurunan dalam jumlah pasien dengan virus corona. Sudah saatnya untuk mulai membangun layanan kami lagi," ujar Powis.