Selasa 28 Apr 2020 01:57 WIB

WHO: Pandemi Covid-19 Masih Jauh dari Selesai

WHO catat peningkatan pandemi Covid-19 di Afrika, Eropa Timur, dan Amerika Latin.

Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus. WHO memberi enam syarat sebelum negara atau wilayah melonggarkan pembatasan. Ilustrasi.
Foto: Martial Trezzini/EPA
Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus. WHO memberi enam syarat sebelum negara atau wilayah melonggarkan pembatasan. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus kembali mengingatkan bahwa pandemi Covid-19 masih jauh dari selesai. Ia meminta negara-negara di dunia untuk terus menemukan, mengisolasi, mengetes, dan merawat setiap kasus serta melacak setiap kontak untuk memastikan tren penurunan kasus Covid-19 terus berlangsung.

"Saya ulangi, pandemi jauh dari selesai," kata Tedros dalam konferensi pers secara live streaming di Jenewa, Swiss, yang diakses dari Jakarta, Senin (27/4) malam. Menurut dia, WHO masih prihatin akan terjadinya peningkatan kasus infeksi virus corona tipe baru di sejumlah negara Afrika, Eropa Timur, Amerika Latin, dan Asia. Banyak kasus yang tidak terlaporkan di wilayah tersebut disebabkan rendahnya kapasitas melakukan tes.

Karena itu, WHO akan terus memberikan dukungan peningkatan kapasitas dan menyuplai peralatan uji tersebut melalui penerbangan solidaritas. Lebih dari 40 negara di Afrika akan menerimanya. 

Selain itu, Tedros juga mengatakan akan mengirim alat pelindung diri (APD) ke sekitar 105 negara dan perlengkapan laboratorium ke sekitar 127 negara. Bantuan-bantuan tersebut akan mulai dikapalkan pekan depan.

Estimasi kebutuhan tenaga medis juga dilakukan. WHO, menurut dia, berkomitmen melakukan apa saja untuk membantu. Namun, dirinya juga mengingatkan, dukungan politik dan peran parlemen juga sangat penting bagi satu negara untuk dapat melawan pandemi Covid-19 tersebut.

"Besok saya akan berpartisipasi dalam webminar parlementarian yang dilakukan PBB untuk memperkuat kesiapsiagaan dan ketahanan menghadapi wabah ini," ujar dia.

Untuk dapat mencegah wabah berikutnya, menurut Tedros, persatuan nasional menjadi dasar untuk solidaritas global. "Solidaritas, solidaritas, solidaritas. Kami akan mengatakan itu setiap hari," ungkap dia.

Sebelumnya, ia juga mengatakan perihal pentingnya vaksin untuk mengontrol virus tersebut. Keberhasilan mengembangkan vaksin dan obat yang efektif untuk ebola mengingatkan semua pentingnya nilai dari kolaborasi nasional dan internasional untuk mengembangkan vaksin Covid-19.

Pengembangan vaksin untuk Covid-19 dipercepat karena WHO dan sejumlah rekan sudah mengembangkan vaksin untuk virus corona lainnya, termasuk SARS dan MERS. Impak dari SARS-CoV-2 tersebut sangat menjadi perhatian untuk pelayanan kesehatan lainnya, terutama untuk anak-anak.

Angka kerentanan anak-anak tertular Covid-19 dan menyebabkan kematian memang lebih rendah. Namun, menurut Tedros, anak-anak memiliki risiko tinggi dari penyakit lainnya yang dapat dicegah melalui vaksin.

"Ini adalah pelam imunisasi dunia. Imunisasi merupakan cerita sukses dari sejarah kesehatan dunia. Lebih dari 20 pernyakit dapat dicegah dengan vaksin. Setiap tahun lebih dari 116 juta bayi divaksinasi atau 86 persen bayi lahir yang lahir secara global," ujar dia.

Namun, masih ada 13 juta anak seluruh dunia yang terlewat dari vaksinasi. "Dan kita ketahui angkanya akan meningat karena Covid-19. Kampanye vaksin polio telah ditunda. Di beberapa negara imunisasi rutin sedang dihentikan," katanya. Bahkan, ketika pelayanan vaksin beroperasi, beberapa orang tua dan walinya menghindari membawa anak-anak mereka untuk divaksinasi karena pertimbangan Covid-19.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement