Selasa 28 Apr 2020 20:35 WIB

Kematian karena Sindrom Langka Dikaitkan Covid-19

Beberapa anak di Inggris meninggal karena sindrom langka yang dikaitkan Covid-19

Rep: Fergi Nadira/ Red: Christiyaningsih
Beberapa anak di Inggris meninggal karena sindrom langka yang dikaitkan Covid-19. (ilustrasi).
Foto: www.freepik.com
Beberapa anak di Inggris meninggal karena sindrom langka yang dikaitkan Covid-19. (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON - Menteri Kesehatan Inggris Matt Hancock mengatakan beberapa anak di Inggris tanpa kondisi kesehatan yang mendasar telah meninggal dunia karena sindrom peradangan langka. Para peneliti meyakini sindrom langka itu terkait dengan Covid-19.

Pakar medis negara Eropa masih meyelidiki kemungkinan hubungan antara Covid-19 dan kelompok virus penyebab radang akut yang terjadi pada anak-anak dengan gejala demam tinggi dan arteri bengkak. "Ada beberapa anak yang meninggal yang tidak memiliki kondisi kesehatan yang mendasarinya," kata Hancock kepada LBC Radio.

Baca Juga

"Ini adalah penyakit baru yang kami pikir mungkin disebabkan oleh virus corona dan virus yang menyebabkan Covid-19. Kami tidak 100 persen yakin karena beberapa orang yang mendapatkannya belum dites positif. Jadi kami sedang melakukan banyak penelitian sekarang tapi itu adalah sesuatu yang kami khawatirkan," ujarnya menambahkan.

Para dokter di Italia utara, salah satu daerah yang paling terpukul di dunia selama pandemi, telah melaporkan sejumlah besar anak-anak di bawah usia sembilan tahun dengan kasus parah. Mereka meninggal diduga karena penyakit Kawasaki yang lebih umum di beberapa bagian Asia.

Hingga kini anak-anak dianggap jauh lebih rentan daripada lansia terhadap penyakit yang telah mendasarinya terhadap komplikasi paling mematikan yang ditimbulkan oleh virus corona baru. Meski, penyakit radang misterius yang diketahui di Inggris, Spanyol, dan Italia mungkin memerlukan penilaian ulang.

"Ini jarang terjadi, meskipun sangat signifikan bagi anak-anak yang mendapatkannya, jumlah kasusnya kecil," ujar Hancock yang merupakan salah satu menteri yang memimpin respons Covid-19 Inggris.

Namun dia tidak memberikan angka pasti untuk jumlah kematian anak-anak itu. Penyakit Kawasaki yang penyebabnya tidak diketahui dikaitkan dengan demam, ruam kulit, pembengkakan kelenjar, dan dalam kasus yang parah, peradangan pembuluh darah jantung.

National Health Service Inggris menyatakan sindrom ini hanya menyerang sekitar delapan dari setiap 100 ribu anak setiap tahun, dengan sebagian besar berusia di bawah lima tahun. Ada beberapa bukti bahwa individu dapat mewarisi kecenderungan penyakit, tetapi polanya tidak jelas.

Asosiasi Pediatrik Spanyol mengatakan anak-anak yang dites positif Covid-19 atau antibodinya, menunjukkan gejala gastrointestinal seperti sakit perut, muntah, dan diare dalam dua pekan terakhir. Meskipun anak-anak dinyatakan dalam kesehatan yang baik, kondisi mereka dapat berevolusi dalam beberapa jam menjadi syok, menampilkan takikardia dan hipotensi bahkan tanpa demam.

Sebagian besar kasus terdeteksi pada anak di bawah umur sekolah atau remaja, Terkadang tumpang tindih dengan penyakit Kawasaki atau toxic shock syndrome (TSS). Menteri Dalam Negeri Inggris Victoria Atkins mengatakan orang tua harus waspada terhadap anak-anak mereka. "Ini menunjukkan seberapa cepat virus ini bergerak dan seberapa besar efeknya," kata Atkins kepada Sky News.

Presiden Royal College of Nursing Profesor Anne Marie Rafferty menuturkan dia telah mendengar laporan tentang kesamaan antara kasus pada bayi dan sindrom Kawasaki. "Sebenarnya ada terlalu sedikit yang diketahui tentang hal itu dan jumlah sebenarnya saat ini benar-benar terlalu kecil," katanya.

"Tapi itu peringatan dan itu sesuatu yang sebenarnya sedang dieksplorasi dan diperiksa oleh sejumlah peneliti yang berbeda," ujarnya menambahkan.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement