REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING — Wakil Menteri Luar Negeri China Le Yucheng menolak penyelidikan internasional Covid-19 yang bertujuan menstigmakan negaranya. Apalagi sebelum proses dilaksanakan, negaranya sudah diasumsikan bersalah atau bertanggung jawab atas pandemi.
Le mengatakan negaranya sangat terbuka dan jujur. China mendukung pertukaran profesional antar-ilmuwan, termasuk pertukaran untuk meninjau serta merangkum pengalaman. Namun, Le melihat negaranya menghadapi tudingan tidak berdasar, khususnya terkait seruan penyelidikan internasional Covid-19.
“Seseorang seharusnya tidak menuduh China terlebih dulu dan kemudian menjalankan apa yang disebut investigasi internasional hanya untuk membuat bukti. Ini adalah penyelidikan sewenang-wenang berdasarkan anggapan bersalah. Itulah yang kami lawan dengan tegas,” kata Le saat diwawancara NBC yang transkripnya dirilis Kementerian Luar Negeri China pada Kamis (30/4).
Dia menilai penyelidikan internasional harus memiliki dasar yang kuat. Namun, Le mempertanyakan mengapa investigasi itu hanya membidik negaranya.
“Apakah ada bukti yang menunjukkan China memang memiliki masalah? Mengapa tidak ada investigasi di negara lain? Bahkan demi meninjau perbaikan, maka dari segi sains, bukankah negara-negara dengan penyebaran cepat dan gelombang kasus yang dikonfirmasi serta fatal memiliki masalah mereka sendiri? Kami menentang investigasi yang didorong oleh politik untuk tujuan menstigmakan China,” ucap Le.
Beberapa negara, seperti Amerika Serikat (AS), Australia, dan Swedia telah menyerukan penyelidikan independen untuk mengungkap asal-usul Covid-19. Mereka menilai penyelidikan itu logis dan penting dilakukan.
AS memiliki kecurigaan bahwa virus corona berasal dari laboratorium Wuhan Institute of Virology. China telah membantah hal tersebut. Beijing meyakinkan Covid-19 muncul secara alami dan tidak disintesis secara artifisial.