REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK — Pemerintah Amerika Serikat (AS) dinilai lambat untuk memahami bagaimana dan berapa banyak penyebaran virus corona jenis baru (Covid-19) yang terjadi, secara khusus dari Eropa. Hal ini disebut menjadi penyebab utama wabah berlangsung di Negeri Paman Sam, bahkan menjadikan negara itu memiliki jumlah kasus tertinggi di dunia.
Serang pejabat dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC), Anne Schuchat mengatakan pengujian terbatas dan peringatan perjalanan yang tertunda untuk daerah di luar China berkontribusi pada lonjakan kasus. Namun, ia mengingatkan bahwa hal ini bukan berarti seluruh kasus Covid-19 di negaranya bersifat impor atau dibawa dari luar negeri.
“Kami jelas tidak mengakui impor penuh yang terjadi,” ujar Schuchat.
CDC menerbitkan sebuah artikel pada Jumat (1/5) yang menyoroti tanggapan AS tentang beberapa keputusan utama dan peristiwa dalam beberapa bulan terakhir. Ini menunjukkan badan kesehatan publik negara itu melewatkan peluang untuk memperlambat penyebaran virus corona jenis baru.
Beberapa ahli kesehatan masyarakat melihat ini sebagai hal penting, CDC bertanggung jawab untuk mengenal, melacak, dan pencegahan penyakit. Namun, badan tersebut tidak terlalu peduli selama pandemi Covid-19.
“Sejauh mana kehadiran publik CDC telah sangat berkurang adalah salah satu aspek yang paling mencolok dan terus terang membingungkan dari tanggapan pemerintah,” jelas Jason Schwartz, asisten profesor kebijakan kesehatan di Yale School of Public Health.
Presiden AS Donald Trump telah berulang kali mengeluarkan keputusan. Di antaranya adalah yang diumumkan pada 31 Januari lalu, di mana agar tidak ada kedatangan warga asing maupun turis yang pernah melakukan perjalanan ke China.
Tetapi dalam artikelnya, Schuchat mencatat bahwa hampir dua juta orang tiba di AS dari Italia dan negara-negara Eropa lainnya selama Februari. Pemerintah AS tidak memblokir perjalanan dari negara-negara yang kini terdampak wabah Covid-19 di benua itu hingga 11 Maret.
"Perjalanan luas dari Eropa, begitu Eropa mengalami wabah, benar-benar mempercepat impor kasus dan penyebaran yang cepat. Saya rasa waktu peringatan perjalanan kita seharusnya keluar lebih awal,” ujar Schuchat.
Schuchat juga mencatat dalam artikel itu bahwa lebih dari 100 orang yang berada di sembilan kapal pesiar Nile River yang terpisah selama Februari dan awal Maret datang ke AS dan dinyatakan positif Covid-19. Jumlah ini hampir dua kali lipat dibandingkan kasus AS yang diketahui pada waktu itu.
Sementara artikel itu ditulis dengan hati-hati, Schwartz melihatnya sebagai penyimpangan penting dari apa yang diberitahukan oleh Gedung Putih. Laporan ini tampaknya menantang gagasan bahwa larangan perjalanan dari Cina pada akhir Januari sangat berperan dalam mengubah lintasan pandemi ini di AS.
Dalam artikel itu, Schuchat juga mencatat efek ledakan dari beberapa pertemuan massa akhir Februari, termasuk pertemuan ilmiah di Boston, perayaan Mardis Gras di New Orleans, dan pemakaman di Albany, Georgia. Pertemuan itu melahirkan banyak kasus dan menghasilkan keputusan pada pertengahan Maret untuk membatasi kerumunan orang yang memicu penyebaran virus lebih cepat.
"Saya pikir dalam retrospeksi, mengambil tindakan sebelumnya bisa menunda amplifikasi lebih lanjut (dari wabah AS), atau menunda kecepatannya,” jelas Schuchat.
Tetapi, Schuchat juga mencatat ada pemahaman publik yang berkembang tentang betapa buruknya hal itu, serta perubahan dalam tindakan seperti apa, termasuk perintah tinggal di rumah. Ia berpikir kesediaan orang untuk menerima mitigasi lebih besar begitu mereka melihat bahaya yang dapat terjadi karena virus.
"Akan ada perdebatan tentang apakah kita sudah memulai lebih awal, atau apakah kita melangkah terlalu jauh terlalu cepat,” jelas
Artikel Schuchat masih menyisakan banyak pertanyaan yang belum terjawab, kata Howard Markel, seorang sejarawan kesehatan masyarakat di University of Michigan. Itu dinilai tidak mengungkapkan proposal seperti apa yang dibuat, dan mungkin diabaikan, selama periode kritis sebelum kasus AS. mulai pada akhir Februari.