REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN - Pemerintah Jerman mulai melonggarkan kebijakan lockdown atau karantina wilayah termasuk dibukanya kembali gereja untuk pertama kali sejak lockdown Maret, Ahad (3/5) waktu setempat. Namun demikian, layanan doa di gereja akan sangat berbeda kali ini.
Dilansir laman BBC, setelah negosiasi panjang dengan para pejabat, para pemimpin agama membuka kembali gereja dengan memberlakukan aturan ketat untuk mencegah infeksi Covid-19 di dalam gereja. Gereja akan membatasi jumlah orang yang hadir. Selain itu, orang-orang yang datang ke gereja harus menjaga jarak setidaknya dua meter.
Menurut pejabat, bernyanyi dapat menularkan virus, sehingga bernyanyi dilarang. Para pendeta juga harus mengenakan masker saat memberikan ceramahnya.
Para pemimpin Yahudi dan Muslim juga memperkenalkan aturan kebersihan khusus untuk sinagog dan masjid. Para pemimpin agama mendukung langkah lockdown pemerintah pada bulan Maret. Namun demikian semakin banyak yang bertanya, jika toko bisa dibuka mengapa tempat ibadah tidak bisa.
Mereka menyambut baik langkah untuk mengizinkan layanan. Seorang pemimpin Yahudi mengatakan, khususnya dalam situasi saat ini, orang membutuhkan dukungan dan kenyamanan iman mereka.
Pemerintah Jerman akan melonggarkan lockdown atau karantina nasional dengan membuka kembali taman bermain, museum, gereja, serta pertokoan mulai Senin (4/5). Kanselir Angela Merkel memperingatkan kepada seluruh warga agar tetap waspada dan tetap menjaga jarak sosial serta mengenakan masker di ruang publik.
"Kita harus memastikan bahwa kita telah menurunkan jumlah infeksi baru. Jika kurva infeksi menjadi curam lagi, kita perlu memiliki sistem peringatan lebih awal sehingga dapat cepat bertindak," ujar Merkel.
Jerman telah mencapai puncak pandemi virus corona pada April. Meski Jerman memilki jumlah infeksi virus corona tertinggi keenam di dunia, negara itu dapat menekan kematian dengan lebih baik dibandingkan Prancis dan Inggris. Pemerintah Jerman telah menggelontorkan stimulus sebesar 820 miliar dolar AS untuk menyelamatkan ekonomi dari krisis pandemi corona.