REPUBLIKA.CO.ID, TEPI BARAT -- Operasi jantung adalah ujian besar bagi siapa saja, terutama anak kecil. Bahkan lebih sulit bagi Hamza Ali Mohammad, anak Palestina berusia dua tahun. Ia harus menjalani prosedur di Israel, sementara keluarganya harus melakukan karantina akibat penyebaran virus corona.
Mohammad baru bertemu kembali dengan ibunya pada Kamis (7/5). Momen ini terjadi di sebuah pos pemeriksaan di perbatasan antara Israel dan Tepi Barat yang diduduki. Dia akhirnya bisa kembali ke dalam pelukan ibunya yang menunggu di dalam van. Dengan berlinang air mata, ibu Mohammad memeluk anaknya dengan erat dan mencium pipinya.
Anak yang lahir di Ramallah itu memiliki penyakit jantung bawaan yang mengancam jiwa dan mengharuskannya dioperasi saat masih bayi. Operasi lanjutan dilakukan pada Februari di bawah naungan Save a Child's Heart, sebuah organisasi sukarelawan yang berupaya meningkatkan perawatan anak di negara-negara berkembang berbasis di Israel.
Sementara biasanya orang tua pasien yang akan melakukan tindak operasi menemani, pasangan Khetam dan Issam Dar Ali Mohammad harus melepaskan putra mereka. Mereka tidak dapat melakukan perjalanan ke rumah sakit karena otoritas Israel dan Palestina menyegel perbatasan untuk mencegah penyebaran virus corona.
"Seluruh tim medis ... menjadi orang tuanya," ujar residen anak di Wolfson Medical Center, tempat operasi jantung Mohammad berlangsung, Dr Ahmed Amer.
Anggota minoritas Arab Israel ini memimpin dalam berkomunikasi dengan Mohammad selama berpisah dengan orang tuanya. Dia juga menjadi penghubung informasi untuk Khetam dan Issam mengetahui kabar anak mereka dari telepon.
"Kami tidak menahannya sendirian selama satu menit. Seorang anak seusianya dan dalam kondisinya perlu dipeluk dan dicintai untuk pulih dan menjadi lebih kuat dan itulah yang kami semua berikan kepadanya," kata Amer.