Senin 11 May 2020 22:13 WIB

Cara Asia Tenggara Berperang Lawan Covid-19

Negara-negara di Asia Tenggara tengah berperang melawan epidemi Covid-19

Rep: Anadolu Agency/ Red: Christiyaningsih
Siswa sebuah sekolah cina di Quezon City, Metro Manila, Filipina mengenakan masker menyusul wabah virus corona yang menyebar luas dan cepat di China daratan. Negara-negara di Asia Tenggara tengah berperang melawan epidemi Covid-19. Ilustrasi.
Foto: ELOISA LOPEZ/REUTERS
Siswa sebuah sekolah cina di Quezon City, Metro Manila, Filipina mengenakan masker menyusul wabah virus corona yang menyebar luas dan cepat di China daratan. Negara-negara di Asia Tenggara tengah berperang melawan epidemi Covid-19. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Seperti negara lain di dunia, negara-negara di Asia Tenggara tengah berperang melawan epidemi Covid-19. Seluruh pemimpin negara di kawasan ini meminta warganya untuk tetap tinggal di rumah, bekerja, belajar, dan beribadah dari rumah. Selain juga meminta mereka untuk menjaga jarak fisik, mencegah kerumunan dan cuci tangan menggunakan sabun, agar tak tertular virus SARS CoV-2.

Telusuri dan isolasi

Baca Juga

Singapura menjadi negara di Asia Tenggara yang paling bergerak cepat menghadapi pandemi Covid-19. Hanya butuh dua jam bagi Singapura untuk mengungkap bagaimana rincian pasien tertular dan siapa saja orang-orang di sekitarnya yang berpotensi terinfeksi.

Setelah itu, pasien positif Covid-19 dirawat di rumah sakit, dengan sistem kesehatan masyarakat yang telah mapan selama bertahun-tahun. Orang-orang yang berpotensi terinfeksi wajib menjalani karantina mandiri di tempat tinggal masing-masing.

Singapura mengerahkan polisi dan memanfaatkan layanan keamanan untuk menjamin warga tetap tertib dalam karantina mandiri. Ada ribuan warga yang harus menjalani karantina. Mereka terancam dakwaan pidana jika melanggar perintah itu.

Selain itu, Singapura juga melakukan tes diagnostik Covid-19 secara masif, dengan kapasitas lebih dari 2.000 orang per hari. Negara berpenduduk 5,7 juta ini rentan terpapar dengan cepat karena menjadi destinasi warga China untuk berlibur selama musim Imlek. Makanya, sejak akhir Januari Singapura melarang wisatawan asal China masuk ke negara itu.

Perintah tembak mati di Filipina

Filipina menjadi negara di Asia Tenggara dengan jumlah infeksi Covid-19 terbanyak, 5.453 kasus. Untuk mencegah penyebaran lebih luas, Presiden Filipina Rodrigo Duterte menetapkan karantina di Pulau Luzon, pulau terbesar di mana ibu kota Manila dan wilayah terpadat Kota Quezon berada.

Duterte bahkan sempat memerintahkan polisi dan militer untuk menembak mati warga yang menggelar protes karena tidak meratanya distribusi bantuan makanan di Kota Quezon selama karantina wilayah. “Jika ada konflik dan membahayakan hidup Anda, tembak mati saja,” ujar Duterte.

Meski begitu, Istana Malacanang mengklarifikasi bahwa pernyataan Duterte itu sebatas ungkapan hiperbola Untuk menunjukkan betapa seriusnya pemerintah menghadapi persoalan pandemi ini. Sementara karantina wilayah di Luzon berakhir pada 30 April.

Perintah Kontrol Gerakan di Malaysia

Di Malaysia, kasus infeksi Covid-19 melonjak tajam setelah tabligh akbar yang melibatkan lebih dari 12 ribu orang dari berbagai negara digelar di masjid jamik di Sri Petaling, Kuala Lumpur. Untuk mencegah meluasnya penyebaran virus, Perdana Menteri Malaysia Muhyiddin Yassin menerbitkan Perintah Kontrol Gerakan (MCO).

Karantina wilayah itu terus diperpanjang hingga 28 April. “MCO membantu petugas kesehatan mengatasi penyebaran infeksi, tapi kita harus siap menghadapi situasi ini cukup lama,” kata Muhyiddin.

Muhyiddin memperkirakan wabah ini akan berlangsung hingga beberapa bulan ke depan. Setelah empat pekan MCO berlaku, para ahli belum melihat puncak kasus infeksi Covid-19 di Malaysia.

Mereka memperkirakan angka sebenarnya lebih tinggi empat hingga 10 kali lipat ketimbang hasil hitungan resmi pemerintah. Ini karena ada kasus infeksi tanpa gejala dan Malaysia tak melakukan tes massal agresif sejak awal seperti yang terjadi di Korea Selatan.

Bahkan ahli epidemiologi medis dan biostatistik Universitas Putra Malaysia Prof Dr Malina Osman memperkirakan Malaysia akan menghadapi gelombang ketiga kasus baru, dengan munculnya kasus dari sub-klaster baru, mereka yang kembali dari luar negeri, pengungsi atau negara tetangga.

Geser Cuti Idul Fitri di Indonesia

Indonesia menjadi negara yang rentan penyebaran virus SARS CoV-2, dengan jumlah penduduk lebih dari 260 juta. Sementara fasilitas kesehatan yang memadai hanya ada di kota-kota besar.

Demi mencegah penyebaran lebih luas, pemerintah memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk wilayah Jakarta, berlaku hingga 24 April. “Ini bisa diperpanjang sesuai kebutuhan,” ujar Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.

Dengan PSBB itu, pemerintah mengerahkan polisi di puluhan titik perbatasan Jakarta. Polisi memastikan setiap pengendara yang masuk dari luar daerah tetap menggunakan masker dan menjaga jarak sosial.

Kebijakan PSBB itu kemudian diperluas ke daerah-daerah penyangga Jakarta seperti Tangerang, Bogor, dan Depok. Selain itu, untuk mencegah warga mudik seiring bulan Ramadhan dan Idul Fitri menjelang, pemerintah menggeser jadwal cuti bersama dari Mei menjadi Desember.

Mudik adalah tradisi Indonesia di mana para pekerja urban kembali dari kota besar ke kampung halaman untuk menyambut hari raya bersama keluarga. Meskipun begitu, kebijakan pemerintah Indonesia dianggap kurang tegas karena pemerintah hanya mengimbau, tidak melarang mudik. Larangan mudik hanya berlaku bagi pegawai negeri di pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

sumber : https://www.aa.com.tr/id/berita-analisis/cara-asia-tenggara-berperang-melawan-covid-19/1805817
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement