REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Pemerintah Jepang memutuskan untuk menyetujui penggunaan alat tes antigen demi melacak lebih banyak orang-orang yang terinfeksi Covid-19. Keputusan ini diambil untuk menambah jumlah tes diagnostik yang tersedia sehingga pemerintah bisa melacak lebih banyak orang yang terinfeksi Covid-19.
"Sulit untuk melacak semua yang terinfeksi hanya dengan tes PCR saja," jelas Kepala Sekretaris Kabinet Jepang Yoshihide Suga.
Tes antigen bekerja dengan cara mengenali protein yang ditemukan pada virus atau di dalam virus. Umumnya, tes ini memeriksa sampel yang diambil dari rongga hidung dengan menggunakan swab.
Tes ini dapat mendeteksi virus dengan cepat. Akan tetapi, metode tes ini menghasilkan negatif palsu yang lebih tinggi dibandingkan metode tes polymerase chain reaction (PCR).
"Kami akan mencoba dan mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai situasi infeksi ini dengan metode pengukuran yang beragam seperti tes antigen dan tes antibodi," tambah Suga.
Sebelumnya, pemerintah Jepang melakukan tes PCR sebanyak 188 tes per 100 ribu orang. Angka ini jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan Italia yaitu 3.159 tes PCR per 100 ribu orang atau dengan Jerman yaitu 3.044 tes PCR per 100 ribu orang.
Rendahnya angka tes PCR membuat pemerintah Jepang mendapatkan sejumlah kritik. Hal ini membuat pemerintah Jepang mulai mempermudah akses terhadap tes PCR bulan ini. Bila tes antigen resmi disetujui, jumlah tes yang bisa dilakukan demi menyaring orang-orang yang terinfeksi Covid-19 di Jepang akan menjadi lebih banyak.
Alat tes antigen yang akan digunakan oleh pemerintah Jepang diproduksi oleh Fujirebio, anak perusahaan dari penyedia layanana tes laboratorium dan diagnosik Jepang Miraca Holdings. Alat tes antigen ini memiliki ukuran sebesar kepalan tangan. Alat ini dapat memberikan hasil dalam waktu 30 menit, jauh lebih cepat dibandingkan tes PCR yang membutuhkan waktu enam jam.
Fujirebio mampu memproduksi 200 ribu kit per minggu. Jumlah ini hampir setara dengan angka tes PCR yang dilakukan di Jepang sepanjang April.
Kebutuhan akan alat tes cepat kian meningkat seiring dengan semakin besarnya upaya negara-negara di dunia untuk mengontrol penyebaran pandemi Covid-19. Saat ini, ada lebih dari empat juta orang di dunia yang terinfeksi Covid-19. Penyakit ini juga telah menyebabkan kematian lebih dari 285 ribu.
Sebelumnya, Amerika Serikat juga memutuskan untuk menyetujui penggunaan alat tes antigen pertamanya. Alat tes antigen yang digunakan Amerika Serikat dibuat oleh Quidel Corp. Malaysia juga melakukan hal yang sama dengan menggunakan alat tes cepat dari Korea Selatan.
Dalam hal terapi, Jepang juga sudah menyetujui penggunaan remdesivir dari Gilead Sciences untuk terapi Covid-19. Akhir bulan ini, pemerintah Jepang yang dibawahi Perdana Menteri Shinzo Abe akan menyetujui penggunaan obat anti flu burung Avigan dari Fujifilm Holdings Corp untuk terapi Covid-19.