REPUBLIKA.CO.ID, BRATISLAVA -- Pemerintah Slovakia menyetujui legislasi yang mengizinkan masyarakat yang pulang dari luar negeri melakukan isolasi mandiri di rumah. Dengan syarat mereka bersedia menggunakan aplikasi yang dapat memeriksa keberadaan mereka.
Dengan demikian masyarakat tidak perlu dipaksa dikarantina di fasilitas yang disedia pemerintah. Pemerintah mewajibkan masyarakat yang datang dari luar negeri untuk melakukan karantina sebagai salah satu cara untuk membendung penyebaran virus corona.
Kebijakan ini dikritik warga Slovakia yang tinggal di luar negeri. Selain itu ombudsman pemerintah juga mengatakan kebijakan tersebut melanggar hak asasi manusia.
Menteri Kesehatan Slovakia Marek Krajci mengatakan aplikasi karantina 'pintar' dapat diluncurkan Senin pekan depan setelah legislasi isolasi mandiri sudah diloloskan legislatif. "Solusi pintar ini akan mengizinkan warga yang pulang untuk melakukan isolasi mandiri di rumah juga mereka bersedia mengunduh aplikasi setelah menyeberangi perbatasan," kata Krajci, Kamis (14/5).
Detail bagaimana aplikasi tersebut bekerja akan dijelaskan pada pekan depan. Tapi tidak ada opsi yang mengharuskan pengguna memberikan identifikasi wajah.
Perdana Menteri Slovakia Igor Matovic mempertahankan peran karantina dalam mendeteksi penularan virus corona dan mencegahnya menyebar. Data pemerintah menunjukkan orang yang berada di fasilitas karantina milik pemerintah 13 persen dari 1.477 kasus positif di Slovakia.
Negara anggota Uni Eropa itu sudah mencatat 27 kasus kematian. Seperti negara lain, Slovakia yang berpopulasi 5,5 juta jiwa mulai melonggarkan peraturan pembatasan sosial. Sistem karantina hanya berlaku bagi warga Slovakia yang pulang dari luar negeri karena orang asing sudah dilarang masuk negara itu Kecuali bila mereka memang memiliki hak tinggal.