Jumat 15 May 2020 05:49 WIB

Eropa: Vaksin Virus Corona Tersedia dalam 1 Tahun

Penyediaan vaksin virus corona satu tahun merupakan skenario optimistis.

Rep: Mimi Kartika/ Red: Nur Aini
Pembuatan vaksin. (Ilustrasi)
Foto: AP Photo/John Minchillo
Pembuatan vaksin. (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, AMSTERDAM -- Badan Pengawas Obat Eropa (EMA) menyatakan, vaksin untuk melawan virus corona baru akan tersedia dalam waktu sekitar satu tahun berdasarkan skenario optimistis. Lembaga yang dikelola Uni Eropa itu tengah berkomunikasi dengan 33 pengembang, mempercepat proses persetujuan vaksin.

"Untuk vaksin, karena pengembangan harus dimulai dari awal ... kita mungkin melihat dari sisi optimis dalam satu tahun dari sekarang, jadi mulai 2021," ujar Kepala Vaksin EMA, Marco Cavaleri dikutip Reuters, Kamis (14/5).

Baca Juga

Ketika dunia terburu-buru mengembangkan vaksin, Uni Eropa yang terpukul keras oleh Covid-19, khawatir vaksin itu mungkin tidak memiliki persediaan yang cukup. Hal itu terutama jika vaksin dikembangkan di Amerika Serikat atau China.

Di sisi lain, EMA juga ragu dengan klaim bahwa ada yang bisa siap menyediakan vaksin pada September. Hal itu kemungkinan mengesampingkan dan melewatkan fase ketiga dari percobaan vaksin, yang akan diperlukan untuk memastikan vaksin itu aman dan efektif.

EMA juga mengamati 115 terapi yang berbeda, atau perawatan untuk virus corona, yang telah membunuh hampir 300 ribu orang secara global berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Cavaleri mengatakan beberapa dari terapi tersebut dapat disetujui di Eropa pada awal musim panas ini, tetapi ia tidak menentukan yang mana.

Seorang anggota parlemen Uni Eropa, Peter Liese mengatakan, Uni Eropa harus menghindari hak kekayaan intelektual perusahaan farmasi jika vaksin dikembangkan di luar blok itu.

"Jika vaksin pertama kali dikembangkan di luar Eropa, kita harus melakukan segala yang mungkin untuk memastikan bahwa vaksin itu benar-benar tersedia untuk semua negara," kata Peter Liese, anggota dari partai Persatuan Kristen Demokratik Jerman (CDU), sama seperti Kanselir Angela Merkel.

"Kami mengandalkan dialog dan kerja sama, tetapi kami juga harus mengharapkan orang lain untuk menolak dialog dan kerja sama. Inilah sebabnya kami membutuhkan rencana B," ujar Liese.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement