REPUBLIKA.CO.ID, WATERMAEL-BOITSFORT -- Saat sedang berangkat kerja tiba-tiba Tristan Van den Bosch mendapatkan ide. Laki-laki asal Belgia itu melihat seorang laki-laki berteriak-teriak saat sedang berbicara dengan ibunya yang tinggal di lantai atas sebuah panti wreda.
Ibu laki-laki itu sudah lanjut usia dan selama pandemi virus corona, panti wreda tempat ia tinggal tidak boleh dikunjungi keluarga dan kerabatnya. Tapi di tengah pandemi tentu banyak keluarga yang berharap dapat menemui orang tua mereka.
"Kami bisa membantu laki-laki ini," pikir Van den Bosch.
Sebagai manager operasi perusahaan jasa pembersih dan pemeliharaan gedung Group-f, Van den Bosch pun memiliki masalah. Selama pandemi bisnisnya menurun drastis. Crane perusahaannya tergeletak begitu saja di gudang.
Ia pun memiliki gagasan menggunakan crane untuk mengangkat orang yang ingin menemui kerabat atau orang tua mereka yang tinggal di lantai atas panti wreda. Sejak saat itu Van den Bosch berkeliling dengan cranenya ke rumah-rumah beberapa kota di seluruh Belgia.
Alatnya mengangkat keluarga ke jendela kerabat yang ingin mereka kunjungi. Seorang putri atau cucu dapat melambai ke kakek-nenek atau orang tua mereka tanpa membutuhkan koneksi internet sama sekali.
Eve Putseys tidak mengira ia akan menggunakan crane untuk mengunjungi bibinya, Suzanne, yang berusia 88 tahun dan tinggal di panti wreda di La Cambre, Brussels. "Sudah berminggu-minggu saya tidak bisa melihat dia. Ini cukup emosional, saya melihat dia dan itu hebat. Ia terlihat sangat senang melihat saya," kata Putseys sambil tersenyum.
Keluarga Belgia yang memiliki orang tua atau kerabat yang tinggal di panti wreda cukup gelisah. Sebanyak 4.538 dari 8.843 pasien suspek atau positif yang meninggal dunia karena virus corona tinggal di panti wreda.
Keluarga merasa tak berdaya dan tidak memiliki kesempatan untuk bertemu kembali. Dengan ide dan cranenya, Van den Bosch memberikan kebahagiaan pada keluarga-keluarga itu. Panti Wreda La Cambre mengatakan mereka memastikan pertemuan antara keluarga dan penghuni berjalan dengan lancar.
"Ini kerja keras tapi cukup memuaskan, kami hanya melihat emosi melalui mata para penghuni dan keluarganya," kata direktur La Cambre Thibaut Chevrier.