Senin 18 May 2020 08:36 WIB

Warga Nikmati Pelonggaran Karantina Nasional

Masyarakat berbondong-bondong mendatangi jalanan.

Rep: Lintar Satria/ Red: Friska Yolandha
Jamaah sholat tarawih memenuhi lokasi bekas tempat parkir di Jaffa, Israel.  Warga Tel Aviv, Israel berusaha mencari udara panas untuk berjemur. Sebagian besar warga yang berjemur di pantai-pantai Laut Tengah dan Lembah Yordania mempertahankan himbauan pembatasan sosial dan jaga jarak.
Foto: Reuters
Jamaah sholat tarawih memenuhi lokasi bekas tempat parkir di Jaffa, Israel. Warga Tel Aviv, Israel berusaha mencari udara panas untuk berjemur. Sebagian besar warga yang berjemur di pantai-pantai Laut Tengah dan Lembah Yordania mempertahankan himbauan pembatasan sosial dan jaga jarak.

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Warga Tel Aviv, Israel, berusaha mencari udara panas untuk berjemur. Sebagian besar warga yang berjemur di pantai-pantai Laut Tengah dan Lembah Yordania mempertahankan imbauan pembatasan sosial dan jaga jarak.

"Kami berharap cuaca (dan) air panas membuat corona pergi," kata Lilach Vardi, seorang perempuan yang datang untuk berenang di Laut Mati, Israel, Senin (18/5).

Baca Juga

Sementara itu, sudah empat hari berturut-turut Tunisia melaporkan tidak ada kasus infeksi virus corona. Masyarakat pun berbondong-bondong mendatangi jalanan dan toko-toko yang dibuka kembali. Banyak Muslim Tunisia yang merayakan Idul Fitri dengan membeli baju baru.

"Saya tetap berada di rumah selama dua bulan dan hampir gila. Saya terkejut dengan kerumunannya. Namun, saya harus beli baju anak-anak saya untuk Idul Fitri," kata salah seorang perempuan di Manar City Mall.

Warga Inggris juga mulai menikmati musim panas di Greenwich Park. Anak-anak terlihat memanjat pohon, menendang bola, atau melepar frisbee. Pasangan atau keluarga berkumpul di tanah lapang sambil menerapkan peraturan pembatasan sosial.

"Kami sangat senang bisa keluar. (Sejak karantina nasional) ini kedua kalinya kami dapat membawa mereka keluar," kata Niko Privado yang membawa burung kakatua makaw ke taman.

Di dekatnya seorang perempuan menjual es krim dengan mobil van. Zara Safat mengatakan, bisnisnya buruk walaupun taman ramai dan cuaca hangat.

"Sangat buruk. Hanya tiga sampai empat orang setiap jam. Ini karena pembatasan sosial dan mereka tidak ingin menunggu di antrean panjang," kata Safat. 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement