REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING — Polutan udara di China dilaporkan kembali meningkat, bahkan berada sedikit atas, dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu. Sebelumnya, kadar polusi di negara itu sempat menurun drastis dengan langkah-langkah pembatasan yang ditetapkan selama pandemi virus corona jenis baru (Covid-19).
Berdasarkan laporan Badan Antariksa Amerika Serikat (AS) atau NASA serta Badan Antariksa Eropa (ESA), penurunan drastis polusi udara terjadi selama lockdown ditetapkan. Polusi atau polutan yang dimaksud adalah nitrogen dioksida (NO2) hasil pembuangan kendaraan bermotor, pembangkit listrik, dan mesin industri.
Polutan yang kembali meningkat terjadi menyusul perekonomian di negeri Tirai Bambu yang mulai berjalan normal, setelah hampir tiga bulan terhenti. Dari pencitraan satelit NASA, kondisi langit China tampak jernih pada pertengahan Februari tetapi kini kembali meningkat.
Di Asia, kemacetan lalu lintas telah berkurang secara cukup signifikan selama pandemi Covid-19 karena aturan pembatasan yang ditetapkan, mempengaruhi tingkat poluta yang ada. Dilaporkan oleh The Strait Times, terlihat bagaimana kota-kota yang biasanya padat dengan kendaraan seakan menjadi sangat bersih.
Banyak negara di dunia yang nampaknya mulai bersiap untuk kembali membuka perekonomian meski wabah masih mengancam. Seperti di Eropa, persiapan agar dapat menyambut wisatawan internasional pada musim panas atau pertengahan tahun ini sedang dilakukan dilakukan.
Seperti Italia, salah satu negara yang paling terdampak dengan Covid-19 di eropa dan dunia mengatakan bahwa dunia mungkin tidak bisa menunggu hingga vaksin penyakit ini dapat dikembangkan. Perdana Menteri Italia Giuseppe Conte mengatakan semua orang harus beradaptasi hidup dengan ancaman virus corona jenis baru.
Pada Senin (18/5), Conte mengizinkan restoran, bar, dan pantai di Italia dibuka kembali. Demikian dengan rumah ibadah, serta Basilika Santor Petrus di Vatikan juga telah membuka pintu bagi para pengunjung.