REPUBLIKA.CO.ID, ATHENA -- Lebih dari seabad yang lalu, rumah sakit Sotiria di Athena dibangun sebagai sanatorium umum untuk pasien TBC. Saat virus corona menyebar, tempat ini kembali berperan aktif dengan melibatkan mahasiswa kedokteran untuk membantu petugas medis.
Rumah sakit yang berarti keselamatan dalam bahasa Yunani ini memang menjadi tempat program pelatihan langsung untuk mahasiswa kedokteran. Mereka melakukan tugas-tugas yang lebih sederhana sambil mengintip upaya penanganan di garis depan dalam menangani Covid-19.
Saat rumah sakit Sotiria ditunjuk sebagai rujukan Covid-19 pada Maret, staf medis dengan cepat menjadi terlalu sibuk untuk melaksanakan tugas-tugas biasa dengan benar untuk merawat semua jenis pasien. Saat itulah dua dokter dan profesor kedokteran di Universitas Athena berpikir untuk mencari bantuan dari sukarelawan.
Program ini awalnya dirancang untuk mencapai lulusan kedokteran. Tetapi begitu banyak siswa yang sebagian besar di tahun terakhir meminta untuk bergabung. Pengajuan sukarela ini akhirnya berjalan menjaring 56 pria dan wanita muda dari sekolah kedokteran di Yunani dan Slovakia.
"Mereka menjalani pelatihan yang ketat dan diberi tugas khusus dan pekerjaan sampingan," kata asisten profesor dan pakar penyakit menular, Garyfallia Poulakou.
Poulakou bersama dengan profesor kedokteran dan onkologi medis, Kostas Syrigos, mengorganisasi program dua bulan bagi mahasiswa kedokteran tersebut. "Dalam keadaan apa pun mereka tidak memasuki Zona Merah dengan pasien Covid-19," katanya.
Para mahasiswa melakukan pekerjaan biasa seperti menghadiri operasi kecil, mengambil sampel darah, dan menangani dokumen. Sedangkan keterlibatan mereka di bagian Covid-19 yakni mengambil pengiriman sampel darah di zona aman dan berbicara dengan kerabat yang tidak diizinkan untuk melihat pasien.
Mahasiswa tahun ketiga di Universitas Safarik di Kosice, Slovakia, Anna Karagiannakou adalah satu satu relawan program tersebut. Dia mengatakan mendapatkan wawasan penting tentang sesuatu yang diperlukan menjadi dokter.
"Meskipun saya tidak diizinkan untuk membantu merawat pasien virus corona, saya melihat ini sebagai kesempatan untuk memberikan bantuan dengan tugas-tugas lain dan mendapatkan pengalaman pada saat bersejarah dalam kondisi krisis, seperti yang mungkin tidak akan pernah saya temui lagi," kata perempuan berusia 21 tahun ini.