REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penasihat Indonesian Society for Middle East Studies Smith Alhadar mengatakan, negara-negara global perlu menunjukkan dukungan kembali untuk Palestina. Anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) perlu melakukan pertemuan darurat menanggapi keputusan aneksasi Tepi Barat yang akan dilakukan Israel pada 1 Juli.
"Mesti ada inisiatif negara-negara lain, termasuk Indonesia bersama-sama dengan negara Islam lain, seperti Turki dan Iran menyatakan sikap dukungan Palestina," ujar Smith ketika dihubungi Republika, Rabu (20/5).
Negara-negara anggota OKI, menurut Smith, sudah seharusnya melakukan pertemuan KTT darurat untuk menyatakan dukungan atas kondisi Palestina saat ini. Terlebih lagi, Presiden Palestina Mahmoud Abbas telah menyatakan mengakhiri perjanjian Oslo 1993.
Menurut Smith dukungan yang kuat dari banyak negara akan memberikan kekuatan pada posisi Palestina. Terlebih lagi negara Arab Teluk juga tidak bisa secara terang-terangan menyatakan keinginan untuk Palestina menerima penawaran kesepakatan yang diajukan Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
Dengan adanya dorongan banyak pihak, maka ini akan menjadi langkah perlawanan terhadap Israel dan AS. Mereka akan mencoba mempertimbangkan ulang kesepakatan yang telah dibuat dan tidak perlu memaksa Palestina menerimanya.
"Masalah Palestina ini memang akan menjadi beban karena banyak negara Islam dan non-blok lain yang anti-penjajahan ini belum berdamai dengan Israel," kata Smith.
Abbas telah menyatakan pemerintah Palestina mengakhiri perjanjian yang ditandatangani Israel dan AS pada Selasa (19/5) waktu setempat. "PLO dan negara Palestina hari ini membebaskan diri dari semua kesepakatan dengan Israel dan AS," ujarnya.
Keputusan ini membuat Palestina melepaskan dari segala kesepakatan yang telah dibuat, termasuk seputar keamanan. Israel pun bertanggung jawab sebagai entitas yang melakukan pendudukan atas tanah Palestina di mata global.