Restoran di Berlin, seperti di wilayah Jerman lainnya, setelah ditutup dua bulan gara-gara pandemi Covid-19, sekarang diizinkan untuk menerima tamu antara pukul 6 pagi hingga 10 malam. Tapi masih banyak restoran yang masih tetap tutup. Jalan-jalan yang biasanya jadi pusat kuliner juga terlihat tetap sepi. Di beberapa restoran yang buka, tidak kelihatan ada tamu, hanya pekerja restoran yang kelihatan bosan.
"Banyak restoran yang tidak mau repot melanjutkan operasi”, kata Johannes, yang menjalankan restoran dengan menu dari Jerman selatan. Pada hari-hari pertama sejak lockdown diperlonggar, dia mengaku hanya menjual sekitar 30 porsi makanan sehari, padahal biasanya dia menjual 180 porsi makanan.
"Dari kantor-kantor dekat sini tidak ada lagi pelanggan yang datang", katanya. "Jendelanya gelap, pegawai kantornya bekerja dari rumah."
Tidak seperti restoran biasanya
Beberapa meter di sebelahnya, Maren mengelola sebuah restoran dengan hidangan tradisional Jerman. Dia mengatakan, rindu berlari-lari di antara para tamu seperti dulu, mengisi gelas anggur mereka atau sekedar membawakan mereka menu pencuci mulut.
"Ini sungguh tidak seperti restoran yang biasanya," kata Maren, sambil menunjuk ke belakangnya. Seorang pekerja restoran sedang menyemprotkan disinfektan ke kartu menu baru yang bisa dicuci.
Agar restoran mereka bisa beroperasi lagi, Johannes dan Maren harus memenuhi berbagai persyaratan ketat. Misalnya memasang layar Plexiglas yang besar sebagai pembatas antara para pengunjung restoran.
"Itu tidak terlihat cantik”, kata Maren menambahkan. Tapi dia berharap, dengan pembatas semacam itu lebih banyak orang yang akan datang ke restorannya. Masih banyak lagi aturan dan tuntutan yang ditetapkan pemerintah Berlin. Maren menyesalkan kurangnya hotline bagi pemilik restoran kalau mereka merasa tidak pasti tentang suatu peraturan.
Bagaimana menutup kerugian?
Kedua pemilik restoran secara senada menyatakan khawatir tentang bagaimana mereka bisa menutup kerugian selama ini. "Setelah dua bulan tidak membuat apa-apa selain utang, segalanya sekarang harus mulai berjalan lagi," kata Maren. Dia mengibaratkan seperti memulai lagi semuanya dari awal: mempelajari berapa banyak orang yang akan datang dan kapan, berapa banyak koki dan pelayan yang harus dijadwalkan bekerja, dan apa yang perlu dia beli.
Maren mengatakan dia harus menugaskan 2 karyawan hanya untuk memastikan bahwa orang-orang menjaga jarak satu sama lain dan mengikuti peraturan lainnya. Dia mengakui itu memang bukan hal mudah. Bagaimana misalnya pegawai restoran harus menghentikan dua tamu yang berpelukan ketika bertemu?
Johannes mengatakan, dia perlu dana ekstra untuk membeli semua keperluan saat restoran akan dibuka lagi: dispenser disinfektan, masker untuk staf, sachet kertas untuk sendok, garpu dan pisau alat makan.
Pekerjaan tambahan dan mahal
Jam makan siang, ada beberapa tamu yang datang, termasuk tiga orang yang berbicara bahasa Spanyol. Pelayan yang bertugas khawatir, karena dia harus menjelaskan peraturan baru corona yang rumit. Misalnya bahwa di satu meja hanya boleh duduk anggota dari maksimal dua rumah tangga berbeda.
Pegawai restoran mengatakan, menjelaskan menu kepada orang asing masih bisa menggunakan bahasa tarzan dibantu ”tangan dan kaki", tetapi menjelaskan tuntutan prosedur keamanan jauh lebih sulit.
Tamu restoran juga harus menuliskan rincian kontak mereka, untuk memungkinkan pelacakan jika terjadi infeksi. Selain itu, tamu harus menadatangani sebuah dokumen yang membebaskan pengelola restoran dari tanggung jawab, jika terjadi sesuatu. Setelah empat minggu, Johannes diharuskan memusnahkan dokumen-dokumen yang memuat rincian kontak itu.
Ini semua tidak hanya berarti lebih banyak pekerjaan, tetapi juga lebih banyak sampah, keluhnya. "Mematuhi aturan adalah urusan yang sangat mahal," pungkas pemilik restoran di Berlin itu. (hp/as)