REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Sekretaris Jenderal (DSG) ASEAN untuk Komunitas Sosial-Budaya Kung Phoak mengatakan kolaborasi lintas sektoral dan pelibatan multipemangku kepentingan dalam agenda ASEAN mengarusutamakan keanekaragaman hayati penting sebagai solusi berbasis alam mencegah pandemi di masa depan.
DSG Kung dalam keterangan tertulisnya diterima di Jakarta, Jumat (22/5), mengatakan mengarusutamakan keanekaragaman hayati dilakukan sambil mendorong individu dan masyarakat untuk menjadi bio-literate. Individu juga didorong mau mengadopsi perilaku yang mengatasi akar penyebab pandemi dan zoonosis di masa depan.
Direktur Eksekutif ASEAN Center for Biodiversity Theresa Mundita Lim yang merupakan pakar manajemen satwa liar mengatakan perlu kerja sama yang lebih besar di dalam ASEAN. Kerja sama juga dengan badan-badan regional lainnya dan pemerintah dunia untuk mencegah pandemi di masa depan karena Covid-19 mungkin bukan yang terakhir.
Lim mengutip Platform Kebijakan-Ilmu Antarpemerintah tentang Layanan Keanekaragaman Hayati dan Ekosistem (IPBES) mengatakan mungkin ada sekitar 1,7 juta virus tak dikenal yang diyakini masih ada pada mamalia dan burung air yang dapat menginfeksi manusia.
“Penurunan spesies dapat memicu penyebaran virus yang tidak aktif atau aktif, yang menyebabkan penularannya ke hewan domestik dan manusia. Data suram ini harus menjadi peringatan bagi kita semua,” katanya.
Ketua pendiri Platform Kebijakan-Ilmu Antarpemerintah tentang Layanan Keanekaragaman Hayati dan Ekosistem Dr Tan Sri Zakri bin Abdul Hamid mengatakan alam tidak boleh dilupakan ketika pemerintah menyelamatkan nyawa manusia dan rebooting ekonomi dalam respons pascapandemi Covid-19.
"Bagaimanapun, akar penyebab penyakit zoonosis seperti Covid-19 adalah perusakan habitat satwa liar, fakta yang didukung oleh sebagian besar komunitas ilmiah," kata Dr Zakri.
The ASEAN Secretariat (ASEC) dan the ASEAN Centre for Biodiversity (ACB) sebelumnya melakukan pembahasan yang menggarisbawahi keterkaitan keanekaragaman hayati dan kesehatan serta upaya regional untuk mengintegrasikan konservasi keanekaragaman hayati dengan Covid-19. Kegiatan tersebut merupakan bagian dari upaya ASEC dan ACB untuk meningkatkan komunikasi dan pengarusutamaan keanekaragaman hayati di berbagai sektor dan disiplin ilmu menjelang Hari Internasional untuk Keanekaragaman Hayati pada 22 Mei yang mengangkat tema “solusi kita ada di alam”.