REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Pandemi virus corona dilaporkan bertambah dengan cepat di Amerika Latin, India, dan Pakistan, Jumat (22/5). Sementara grafik menunjukkan kurva di Eropa, Asia, dan Amerika Serikat (AS) melandai.
Saat berita ini ditulis, data Johns Hopkins University menunjukkan India memiliki lebih dari 119 ribu kasus dan 3.600 kematian. Sebagian besar kasus terjadi di Bihar. Di kota itulah tempat ribuan orang pulang kampung setelah mereka merantau di kota-kota lain. Bahkan ada yang sengaja menempuh ratusan mil dengan berjalan kaki.
Sedangkan Rusia kini duduk di peringkat kedua dengan lebih dari 326 ribu kasus dan lebih dari 3.200 kematian. Pakistan memiliki lebih dari 50 ribu kasus lebih dari 1.000 kematian.
Dua negara Latin dengan populasi terbesar, Meksiko dan Brasil, melaporkan kasus baru dan kematian baru nyaris setiap hari pada pekan ini. Kondisi ini memicu kritik kepada pemimpin mereka yang dinilai lamban.
Brasil dilaporkan menghadapi lebih dari 20 ribu kematian dan 300 ribu kasus pada Kamis (21/5) malam. Negara ini menduduki peringkat ketiga yang paling terhempas oleh kasus Covid-19, berdasarkan data resmi. Para ahli yakin bahwa jumlah sebenarnya mungkin lebih banyak karena banyak kasus tidak terdeteksi.
Kasus meningkat dan ruang rawat intensif juga penuh di Peru, Cile, dan Ekuador. Negara-negara ini semula dipuji karena memberlakukan penutupan dunia usaha dan karantina sejak awal..
"Tanpa ampun, tanpa pilih suku, baik kaya atau miskon hitam atau putih," kata pengemudi Uber, Bruno Almeida de Mello (24 tahun).
Nenek de Mello dimakamkan di Rio de Janeiro, Brasil. Sang nenek. Vandelma Rosa, mengalami semua gejala mirip Covid-19. Namun sertifikat kematiannya bertuliskan, "suspek Covid-19". Artinya, kasus kematian Rosa tak masuk dalam data resmi. Kenaikan angka kasus pada Kamis pun drastis, yaitu 1.181 kasus hanya dalam satu hari.
Presiden Brasil Jair Bolsonaro dinilai mengecilkan isu virus. Ia bahkan menentang para gubernur yang ingin membatasi pergerakan warganya. Ia lalu memecat menteri kesehatannya karena mendukung sikap para gubernur.
Sedangkan Presiden Meksiko Andrés Manuel López Obrador tak menganggap serius ancaman virus corona selama beberapa pekan. Ia bahkan terus berkeliling daerah sejak Meksiko dilaporkan memiliki kasus pertama. Ia berkeras mengatakan, Meksiko berbeda, bahwa ikatan kekeluargaan yang kuat dan etika kerja akan berhasil menghindari pandemi. Meksiko kini dilaporkan mengalami 400 kematian per hari.