REPUBLIKA.CO.ID, KABUL - Presiden Taliban dan Afghanistan mengumumkan gencatan senjata tiga hari menjelang hari raya Idul Fitri, yang dimulai Ahad (24/5) waktu setempat. Pemerintah Taliban yang diikuti kemudian oleh Presdien Ashraf Ghani mengumumkan tawaran perdamaian itu, Sabtu (23/5).
Pengumuman gencatan senjata ini disepakati hanya beberapa hari setelah utusan perdamaian Amerika Serikat (AS) Zalmay Khalilzad berada di Kabul dan Doha. Khalilzad dalam perjalanannya mendesak Taliban maupun pemerintah Afghanistan untuk mengurangi kekerasan dan melanjutkan negosiasi intra-Afghanistan, pilar utama kesepakatan damai AS dengan Taliban yang ditandatangani pada Februari untuk mengizinkan pasukan Amerika meninggalkan Afghanistan.
Kesepakatan itu juga disebut-sebut pada saat itu sebagai peluang terbaik Afghanistan untuk perdamaian setelah hampir empat dekade perang. Pengumuman gencatan senjata Taliban mengikuti pesan Idul Fitri dari pemimpin Taliban yang mengatakan kelompok pemberontak itu berkomitmen untuk kesepakatan damai, tidak berusaha memonopoli kekuasaan, dan berjanji untuk menjamin hak-hak perempuan dan laki-laki di bawah sistem Islam.
Arahan itu memerintahkan milisi Taliban untuk tidak berperang tetapi juga untuk tidak bersahabat dengan pasukan keamanan nasional Afghanistan. Instruksi tersebut tampaknya dimaksudkan untuk menghindari gambar-gambar yang beredar selama gencatan senjata terakhir pada tahun 2018, yang juga selama perayaan Idul Fitri, termasuk milisi Taliban yang berbagi es krim dan tertawa dengan tentara pasukan keamanan nasional Afghanistan.
"Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyambut pengumuman itu dan mendesak semua pihak untuk mengambil kesempatan dan merangkul proses perdamaian yang dipimpin oleh Afghanistan dan milik Afghanistan," kata juru bicara PBB Stephane Dujarric.
Guterres sebelumnya menyerukan gencatan senjata di semua konflik global pada 23 Maret untuk mengatasi pandemi korona. Dia juga menekankan bahwa hanya penyelesaian perdamaian dapat mengakhiri penderitaan di Afghanistan. "Dia mengatakan bahwa PBB berkomitmen untuk mendukung orang-orang dan pemerintah Afghanistan dalam upaya penting ini," kata Dujarric.
Dalam instruksi yang dikeluarkan Sabtu, para milisi Taliban diberitahu untuk tidak menyerang musuh di sembarang tempat, tetapi jika ada serangan dari musuh maka akan ada tanggapan defensif yang sesuai harus diberikan.
Perintah itu juga memperingatkan para milisi Taliban agar tidak memasuki wilayah "musuh". Sejak menandatangani perjanjian damai dengan AS, Taliban tidak menyerang pasukan AS dan NATO tetapi telah melakukan berbagai serangan terhadap pasukan Keamanan Nasional Afghanistan.
Kesepakatan damai menyerukan penarikan penuh pasukan AS dan NATO pada akhir tahun depan. Namun hanya jika Taliban menghormati komitmen mereka untuk berperang melawan kelompok-kelompok teroris dan menjamin bahwa Afghanistan tidak dapat digunakan sebagai landasan serangan ke AS.
Perjanjian tersebut juga menyerukan pembicaraan antara Taliban dan kepemimpinan politik yang sering berselisih di Kabul untuk memutuskan masa depan Afghanistan pasca-perang. Ia juga menyerukan pembebasan tahanan oleh pemerintah dan Taliban sebagai isyarat niat baik menjelang pembicaraan.
Peningkatan serangan yang diklaim oleh afiliasi ISIS di Afghanistan, termasuk serangan mengerikan pada rumah sakit bersalin di ibu kota Afghanistan pekan lalu, menyalahkan afiliasi ISIS. Hak itu telah memberikan urgensi untuk menemukan penyelesaian antara pemerintah dan Taliban. Pejabat Departemen Pertahanan AS berbicara dengan syarat anonim, mengatakan Taliban dipandang sebagai aset dalam perang melawan ISIS di Afghanistan.
Militer AS di Afghanistan menyambut baik pengumuman gencatan senjata. "Kami mengulangi seruan kami untuk militer dari semua pihak untuk mengurangi kekerasan agar proses perdamaian dapat bertahan," kata militer AS.