Warna non-Amerika Serikat yang telah berada di Brasil selama 14 hari terakhir akan ditolak masuk ke AS. Seorang juru bicara Gedung Putih mengatakan, larangan kunjungan itu akan mulai berlaku pada 28 Mei pukul 23.59 Eastern Daylight Time (EDT).
"Putusan ini akan membantu memastikan warga negara asing yang telah berada di Brasil tidak menjadi sumber infeksi tambahan di negara kami," kata Sekretaris Pers Gedung Putih Kayleigh McEnany dalam sebuah pernyataan yang dirilis hari Minggu (24/5).
Larangan perjalanan ini merupakan pukulan bagi Presiden Brasil Jair Bolsonaro, yang selama ini dilihat sebagai pengagum Donald Trump. Serupa dengan Trump, Bolsonaro juga pada awal pandemi menyebut virus corona tidak berbahaya dan menolak pemberlakuan pembatasan perjalanan. Kantor presiden Brasil tidak menanggapi kebijakan baru yang diumumkan pemerintah AS.
Brasil hingga kini mencatat lebih dari 360.000 kasus Covid-19, dengan lebih 22.000 orang meninggal. Negara itu sekarang menjadi salah satu pusat pandemi di Amerika Selatan dan menempati urutan kedua jumlah infeksi tertinggi dunia setelah Amerika Serikat.
Hanya warga AS dan keluarga dekatnya
Larangan perjalanan ini tidak berlaku bagi warga negara AS, atau pasangan, orang tua, wali hukum, atau anak warga negara AS, maupun penduduk AS yang memiliki izin menetap yang sah. Sebagian besar saudara kandung di bawah usia 21 tahun dari warga AS juga diizinkan masuk.
"Potensi penularan virus yang tidak terdeteksi oleh orang yang terinfeksi yang ingin memasuki Amerika Serikat mengancam keamanan sistem transportasi dan infrastruktur serta keamanan nasional kami," demikian disebutkan dalam perintah larangan perjalanan yang dikeluarkan Gedung Putih hari Minggu (24/5).
Sebelumnya, penasihat keamanan nasional Robert O'Brien mengatakan kepada stasiun siaran CBS, pembatasan perjalanan dari Brasil akan segera diumumkan.
"Kami berharap itu bersifat sementara, tetapi karena situasi aktual di Brasil, kami akan mengambil setiap langkah yang diperlukan untuk melindungi rakyat Amerika," kata O'Brien.
AS saat ini mencatat jumlah kasus infeksi Covid-19 tertinggi di dunia, dengan lebih dari 1,6 juta kasus infeksi dan hampir 100.000 angka kematian terkait virus corona. hp/vlz (rtr/afp)