REPUBLIKA.CO.ID, TRIPOLI --- Penjaga pantai Libya menangkap sekitar 400 migran yang menuju Eropa di lepas pantai Mediterania selama dua hari terakhir. Ratusan migran tersebut dibawa ke pusat penahanan di dekat ibu kota Tripoli.
Juru bicara Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) Safa Msehli mengatakan, para pengungsi dan pencari suaka dibawa ke fasilitas penahanan al-Nasser di kota Zawya, barat Tripoli. Msehli menambahkan, dua orang migran tewas dan jenazahnya ditemukan di laut. Dua migran yang tewas itu merupakan bagian dari 315 migran yang dicegat dan telah kembali ke Tripoli pada Senin pagi.
Sementara, sekitar 85 migran lain ditangkap lebih awal oleh penjaga pantai Libya. Dengan demikian, total migran yang berusaha menyeberang ke Eropa pada bulan ini menjadi sekitar 1.000 orang.
"Jumlah keberangkatan migran dari Libya telah meningkat. Ini mengkhawatirkan jumlah kapasitas tim pencarian dan penyelamatan yang menurun tajam," ujar Mselhi dilansir Aljazirah.
Sejak pandemi virus corona, badan penyelamat maritim seperti Ocean Viking dan Sea-Watch telah menghentikan operasi penyelamatan migran. Selain itu, pembatasan perjalanan menjadi kendala bagi badan migrasi internasional untuk menerbangkan kembali para pengungsi yang paling rentan.
Pandemi dan gelombang konflik yang terjadi di Tripoli telah membuat ribuan orang mencoba mencari kehidupan yang lebih baik ke Eropa. Sebagian besar migran melakukan perjalanan berbahaya dengan perahu karet yang tidak dilengkapi dengan peralatan keamanan. IOM mengatakan, bulan lalu jumlah migran yang tewas di Laut Mediterania telah meningkat melampaui 20 ribu sejak 2014.
Dalam beberapa tahun terakhir, Uni Eropa telah bermitra dengan penjaga pantai dan pasukan Libya lainnya untuk menghentikan aliran migran. Kelompok-kelompok hak asasi manusia mengatakan upaya-upaya itu menyebabkan para migran mendekam di pusat-pusat penahanan yang kotor dan penuh sesak. Mereka juga kerap kekurangan makanan dan air bersih yang memadai.
Sejak awal tahun ini, Uni Eropa sepakat untuk mengakhiri operasi penyelundupan anti-migran yang melibatkan pesawat pengintai. Uni Eropa berkonsentrasi menegakkan embargo senjata PBB yang dianggap sebagai kunci untuk menghentikan perang di Libya.