REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Polisi Jerman menyerbu masuk puluhan rumah yang terkoneksi dengan kelompok anti-pemerintah. Rumah-rumah tersebut diduga digunakan sebagai pabrik dokumen-dokumen palsu.
Pada Rabu (27/5), jaksa di Stuttgart dan Karlsruhe mengatakan polisi menggeledah 25 rumah. Tempat-tempat diduga memiliki hubungan dengan 31 tersangka kelompok gerakan Reich Citizens (Reichsbürger).
Anggota gerakan Reich Citizens menolak perintah pemerintah Jerman saat ini. Gerakan itu kerap tumpang tindih dengan kelompok ekstremis kanan.
Pihak berwenang telah mengawasi ketat gerakan tersebut. Sebab, mereka pernah terlibat dengan sejumlah insiden kekerasan. Jaksa mengatakan paspor, surat izin mengemudi dan kartu identitas para tersangka sudah disita.
Pada 2016, anggota Reich Citizens menembak hingga tewas anggota polisi di Bavaria saat polisi tersebut ingin melumpuhkannya. Kantor Federal untuk Perlindungan Konstitusi Jerman (Bundesamt für Verfassungsschutz atau BfV) mengawasi kelompok tersebut.
Pada 22 Mei 2017 BfV memperkirakan jumlah anggota yang terafiliasi dengan gerakan itu menjadi 12.600 orang. Walaupun BfV sudah mengawasi gerakan itu sejak 2016 tapi karena gerakan kelompok itu sangat beragam, terpecah-pecah, dan kecil-kecil maka pemerintah federal kesulitan memperkirakan jumlah anggotanya.
Gerakan itu berisi kelompok-kelompok kecil dan individu. Kebanyakan dari mereka beraktivitas di negara bagian Brandenburg, Mecklenburg-Western Pomerania, dan Bavaria.
Menurut pemerintah Jerman gerakan itu dianut beberapa ratus orang. Sekitar 150 hingga 200 di antaranya di Negara Bagian Brandenburg.
Sebagian besar penganut gerakan Reich Citizens adalah laki-laki, berusia di atas 50, dan kurang beruntung dalam aktivitas sosial. Banyak di antaranya menganut ideologi sayap kanan, anti-Semit, dan Nazi.