Jumat 29 May 2020 00:18 WIB

Pandemi Covid-19 Hancurkan Perekonomian Amerika Latin

PBB perkirakan hampir 30 juta orang di Amerika Latin menyatakan dirinya miskin

Rep: Lintar Satria/ Red: Christiyaningsih
Pria tunawisma makan makanan yang diberikan oleh sukarelawan selama lockdown untuk menahan penyebaran virus corona di Sao Paulo, Brasil. PBB perkirakan hampir 30 juta orang di Amerika Latin menyatakan dirinya miskin. Ilustrasi.
Foto: AP Photo / Andre Penner
Pria tunawisma makan makanan yang diberikan oleh sukarelawan selama lockdown untuk menahan penyebaran virus corona di Sao Paulo, Brasil. PBB perkirakan hampir 30 juta orang di Amerika Latin menyatakan dirinya miskin. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, CALI -- Aktivis Kolombia Cristian Perea mengatakan bantuan pemerintahan untuk keluarga miskin yang terdampak Covid-19 hanya mencapai sebagian kecil masyarakat yang membutuhkan bantuan. Ia baru saja mengirim kardus bantuan berisi buah-buahan, beras, sayuran, dan gula ke keluarga yang tak memiliki apa-apa.

Di sana ia bertemu dengan bocah berusia 9 tahun yang hanya meminum segelas air untuk mengisi perutnya hari itu. "Anda tahu dia membutuhkan," kata Perea, Kamis (28/5).

Baca Juga

Kawasan Amerika Latin dan Karabia diprediksi tahun ini akan mengalami kontraksi ekonomi sebesar 5,3 persen. Kemungkinan jatuh lebih tajam dibandingkan saat Depresi Besar. Penyusutan ini terjadi setelah melambatnya pertumbuhan ekonomi yang rata-rata di bawah 0,5 persen selama tujuh tahun.

"Kami dapat memasuki dekade yang hilang lagi," kata Kepala Komisi Ekonomi PBB untuk Amerika Latin dan Karabia (ECLAC) Alicia Bárcena.

Ia menyinggung tentang perlambatan pertumbuhan ekonomi dekade 1980-an. Amerika Latin butuh 25 tahun untuk memulihkan level pendapatan per kapita mereka yang jatuh pada 1979.

Perekonomian negara-negara Amerika Latin terikat. Mereka tidak bisa meminjam dengan bebas seperti negara-negara Eropa sehingga harus memotong anggaran, memutus pekerjaan, menutup kedutaan, dan membuat pegawai negeri menjadi pekerja paruh waktu.

"Pemerintah-pemerintah Amerika Latin kesulitan mendapatkan sumber untuk membiayai level pengeluaran mereka saat ini," kata Direktur  Colombia Risk Analysis Sergio Guzmán.

Lembaga amal yang mengelola 214 dapur sup di seluruh Venezuela, Alimenta la Solidaridad, mengamati peningkatan permintaan saat negara itu mulai memberlakukan karantina nasional pada pertengahan Maret lalu. Biasanya setiap hari mereka menyajikan 14.500 makan untuk anak-anak.

Kini antrean untuk mendapatkan makanan semakin panjang. Antrean itu bertambah 5.300 anak laki-laki dan perempuan. Tapi pasokan Alimenta la Solidaridad terbatas. "Situasinya sangat menyakitkan saya," kata direktur organisasi itu Roberto Patiño. 

PBB memperkirakan hampir 30 juta orang di seluruh kawasan Amerika Latin menyatakan diri mereka 'miskin'. Sekitar 16 juta lainnya dalam keadaan sangat miskin.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement