REPUBLIKA.CO.ID, PULA -- Jalanan berbatu yang berliku biasanya dipadati wisatawan kini hening seperti kuburan. Restoran tutup, pantai sepi, dan hotel pun terkunci.
Ketika Eropa ditutup untuk menghentikan penyebaran virus corona daerah pariwisata Kroasia, Istria, juga terpaksa ditutup. Masyarakat setempat yang mengandalkan pemasukan dari turis pun menerima konsekuensinya.
Igor Loparic dan lembaga amal yang ia dirikan satu dekade lalu Our Dream Their Smile mengulurkan tangan untuk warga yang tinggal di pinggir Laut Adriatik. Membantu mereka menghadapi pandemi virus corona.
Istria yang berbatasan dengan Italia dan Slovenia menjadi tempat favorit orang-orang yang menyukai laut di seluruh Eropa. Biasanya setiap musim panas pariwisata di daerah itu meningkat. Tapi sudah berbulan-bulan mereka kehilangan pendapatan.
Pengusaha lokal menderita, keluarga yang cukup berada pun kesulitan. Banyak yang mendatangi lembaga Loparic untuk meminta bantuan makanan dan nasihat hukum. Loparic mengatakan terkadang sebuah keluarga limbung setelah ada anggota keluarga yang kehilangan pekerjaan.
"Baru-baru ini ada keluarga empat orang. gaji ayah dipotong 50 persen, ibunya berharap ia dapat bekerja pra-musim tapi ia tidak bisa," kata Loparic, Kamis (28/6).
Loparic mengatakan selain warga setempat, para pekerja musiman dari daerah lain di Kroasia yang biasanya datang pada awal Maret juga tidak memiliki pekerjaan. Mereka tidak dapat pulang ke rumah karena kebijakan karantina wilayah dan tidak memiliki pemasukan.
"Masyarakat tidak tahu bagaimana menghadapi masa-masa pandemi, kami takut yang terburuk belum tiba," kata Loparic, laki-laki berusia 35 tahun bekas pegawai pelabuhan.
Sebagai anggota baru Uni Eropa, perekonomian Kroasia paling lemah di blok itu. Mereka cukup bergantung pada pariwisata di sekitar Laut Adriatik.
Loparic mengatakan di Istria saja sudah 100 bisnis tutup dan semakin banyak lagi ke depannya setelah bantuan pemerintah selama karatina wilayah tidak lagi cukup. Kroasia sudah melonggarkan kebijakan anti penyebaran virus.
Perlahan-lahan mereka mulai membuka kembali perbatasan untuk wisatawan. Negara itu berusaha membangkitkan pariwasata selama musim panas.
Loparic mendirikan lembaga amalnya di kota Pula, Istria. Daerah yang dikenal wilayah Romawi dan penggalangan kapal yang kini sudah bangkrut. Ia mendiri lembaga amal pada 2010 untuk 'membantu perempuan dan laki-laki lanjut usia dibandingkan hanya duduk-duduk dan minum kopi'.
Kini lembaga amal itu beroperasi dengan bantuan puluhan sukarelawan. Lembaga itu mendapat dukungan dari seluruh negeri, meraih penghargaan, dan memperluas cabang mereka di luar Istria.
"Saya tahu segalanya tentang orang yang saya bantu. Sangat penting mendekati seseorang secara individual dan yang penting tidak ada orang yang merasa tak enak menerima bantuan," kata salah seorang sukarelawan Jasna Mosjna.
Salah satu kelompok yang perlu dibantu di Istria adalah orang Roma dan Gipsi. Perwakilan komunitas dan mantan anggota tim tinju nasional Jetis Bajrami mengatakan lembaga amal Loparic telah banyak membuat perubahan.
"Ketika orang kehilangan pekerjaan, terima kasih Tuhan mereka memiliki Igor. Dia telah banyak membantu orang Romawi dan saya berterima kasih padanya untuk itu," kata Bajrami.
Loparic mengatakan lembaganya memiliki 1.300 daftar keluarga yang perlu dibantu. Termasuk sekitar 400 hingga 500 keluarga di Istria. Setiap bulannya 50 sampai 60 keluarga menerima bantuan.
Ia mengatakan pandemi virus corona membawa penderitaan tapi juga mendorong sisi baik masyarakat. Loparic mengatakan donasi ke lembaga amalnya mengalir.
"Kami melakukan ini dari dasar hati kami dan yang menghubungkan kami jelas cinta. Anda hanya dapat melakukan ini dengan cinta untuk sesama," kata Loparic.