REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Sanofi untuk sementara menghentikan perekrutan pasien Covid-19 untuk dua pengujian hidroksiklorokuin dan tidak akan lagi memasok obat antimalaria tersebut untuk mengobati Covid-19 sampai tak ada kekhawatiran soal keamanan, Jumat (29/5).
Penghentian dilakukan setelah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menunda uji coba luas mereka atas hidroksiklorokuin. Penundaan oleh WHO memicu sejumlah pemerintah Eropa melarang penggunaan obat tersebut, yang juga diterapkan pada penyakit rheumatoid arthritis (peradangan sendi) dan lupus.
Perkembangan tersebut menjadi pukulan keras pada harapan pengobatan dengan hidroksiklorokuin yang digembar-gemborkan Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Sanofi melakukan dua uji klinis hidroksiklorokuin secara terkontrol dan acak untuk Covid-19.
Uji coba pertama diharapkan dilakukan pada 210 pasien di Amerika Serikat, Prancis, Belgia dan Belanda yang tidak berada di rumah sakit dan mengalami tahap awal penyakit Covid-19. Uji coba kedua berfokus pada pasien rawat inap pengidap Covid-19 sedang hingga parah di Eropa. Menurut rencana, uji coba tersebut akan melibatkan sekitar 300 pasien.
Kekhawatiran WHO berpusat pada sebuah laporan yang dirilis jurnal Inggris The Lancet bahwa pasien yang mengonsumsi obat tersebut meningkatkan tingkat kematian dan menyebabkan detak jantung tak beraturan. Sanofi dan pesaingnya, Novartis, menjanjikan donasi puluhan juta dosis hidroksiklorokuin untuk Covid-19. Bulan lalu, perusahaan Prancis tersebut mengaku telah menggandakan kapasitas produksi di delapan lokasi dan siap menggenjot produksi hidroksiklorokuin lebih banyak.