Ahad 31 May 2020 20:02 WIB

PM Modi Peringatkan Warganya Terhadap Pelonggaran Lockdown

India mempersiapkan pembukaan kembali bisnis secara bertahap.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Friska Yolandha
Seorang warga India duduk di kursi di Amritsar, India. Sebanyak lebih dari 25 ribu warga India di luar negeri yang tidak bisa pulang akibat pandemi Covid-19 telah kembali ke Tanah Airnya.
Foto: EPA
Seorang warga India duduk di kursi di Amritsar, India. Sebanyak lebih dari 25 ribu warga India di luar negeri yang tidak bisa pulang akibat pandemi Covid-19 telah kembali ke Tanah Airnya.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Perdana Menteri (PM) India Narendra Modi memperingatkan masyarakatnya untuk tetap waspada terhadap penyebaran virus korona baru atau Covid-19. Hal itu ditegaskan ketika India tengah mempersiapkan pembukaan kembali kegiatan secara bertahap bahkan ketika kasus harian meningkat ke rekor tertinggi.

"Pertarungan melawan virus corona sangat ketat, kita tidak bisa lengah," ujar Modi dalam pidato nasionalnya.

Baca Juga

"Mengenakan masker, sarung tangan, dan mengikuti aturan jarak sosial sangat penting karena semua orang akan segera mulai keluar dari rumah mereka," kata Modi menambahkan.

Di India, virus corona baru telah menginfeksi lebih dari 182 ribu orang dan merenggut nyawa 5.164. Jumlah kasus mencapai rekor harian tertinggi dalam 48 jam terakhir. Ini adalah dua bulan setelah pemerintah federal memberlakukan pembatasan keras untuk menghentikan pandemi menyebar di negara dengan lebih dari 1,3 miliar orang.

"Kami benar-benar harus lebih waspada sekarang," katanya. 

"Kami semua prihatin atas kehilangan yang telah terjadi," kata Modi saat ia memuji upaya "bersatu" negara itu dalam memerangi virus.

India telah memperpanjang kebijakan lockdown hingga 30 Juni di zona berisiko tinggi. Meski tetap mengizinkan restoran, mal dan bangunan keagamaan dbuka kembali pada 8 Juni. Namun, para kritikus pun menyalahkan pemerintah Modi atas perencanaan yang buruk sebelum deklarasi lockdown yang mendadak pada Maret yang membuat jutaan orang miskin di negara itu terdampar.

Pemerintah negara bagian diharapkan untuk mengidentifikasi zona penahanan dan menemukan cara untuk membuka kembali angkutan umum dan bisnis. Para pengeritik mengatakan, Modi kini meninggalkan negara-negara bagian dengan tanggung jawab untuk membuat aturan untuk mengendalikan virus.

"Tetapi keputusan ini bisa diambil pada awal Mei ketika jumlah kasus virus corona lebih sedikit," kata Ajay Trivedi, seorang ilmuwan politik di Universitas Mumbai.

"Pembatasan itu bukan rute yang tepat untuk memutus rantai virus seperti yang diklaim pemerintah Modi sambil memaksakan tindakan keras," katanya menambahkan.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement