REPUBLIKA.CO.ID, WELLINGTON - Ribuan warga Selandia Baru pada Senin melakukan protes damai dan melantunkan kalimat "Black Lives Matter" dalam solidaritas untuk George Floyd. Floyd adalah warga Amerika kulit hitam yang meninggal pekan lalu dalam aksi penahanan oleh polisi di Amerika Serikat.
Aksi unjuk rasa itu merupakan bagian dari sejumlah protes di seluruh dunia, dari London dan Berlin ke Australia dan Belanda. Protes merebak setelah satu video menunjukkan seorang perwira polisi berkulit putih Minneapolis menindihkan lututnya di leher Floyd selama hampir sembilan menit sebelum dia meninggal pada Senin (25/5).
Insiden itu memicu kemarahan di Amerika Serikat di tengah kampanye pemilihan presiden, yang terpolarisasi dan baru-baru ini diwarnai pelonggaran pembatasan sosial selama pandemi Covid-19, yang membuat jutaan orang kehilangan pekerjaan.
Para pengunjuk rasa di Kota Auckland, Selandia Baru duduk di jalan setelah pawai damai. Mereka mengangkat kepalan tangan sebagai suatu tanda untuk persatuan, solidaritas, dan kekuatan warga kulit hitam.
Sejumlah unggahan di media sosial menunjukkan demonstran di luar Konsulat Amerika di Auckland memegang poster yang bertuliskan "Justice For George Floyd" (Keadilan Untuk George Floyd) dan "Are We Next?" (Apakah Kami Sasaran Berikutnya?).
Di Wellington, lebih dari 100 orang berjalan dari gedung parlemen Selandia Baru ke Kedutaan Besar Amerika Serikat. Mereka meneriakkan "Black Lives Matter" (kehidupan orang kulit hitam itu penting).
Acara menyalakan lilin juga sedang direncanakan di Wellington pada Senin malam. Di seberang Laut Tasman di Australia, demonstrasi dijadwalkan pada Selasa malam (2/6).
Dalam satu surat elektronik kepada warga Amerika yang tinggal di Australia, konsulat AS mengatakan kantor-kantornya di kota Sydney akan tutup lebih awal pada Selasa. "Polisi memperkirakan para pengunjuk rasa akan melawan," kata pernyataan dalam surat elektronik itu tanpa memberikan perincian lebih lanjut.