Selasa 02 Jun 2020 14:12 WIB

Ardern Dukung Protes Damai Floyd dengan Jarak Sosial

PM Selandia Baru Jacinda Ardern mendukung aksi protes kematian George Floyd

Rep: Dwina Agustin/ Red: Christiyaningsih
Pengunjuk rasa mengangkat empat jari menandakan bahwa keempat perwira itu harus didakwa atas kematian George Floyd ketika mereka berdemonstrasi menentang kebrutalan polisi di Kediaman Gubernur satu minggu setelah kematian George Floyd ketika ditahan, di St. Paul, Minnesota, AS, (1/6/2020). PM Selandia Baru Jacinda Ardern mendukung aksi protes kematian George Floyd. Ilustrasi.
Foto: EPA-EFE/CRAIG LASSIG
Pengunjuk rasa mengangkat empat jari menandakan bahwa keempat perwira itu harus didakwa atas kematian George Floyd ketika mereka berdemonstrasi menentang kebrutalan polisi di Kediaman Gubernur satu minggu setelah kematian George Floyd ketika ditahan, di St. Paul, Minnesota, AS, (1/6/2020). PM Selandia Baru Jacinda Ardern mendukung aksi protes kematian George Floyd. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, WELLINGTON -- Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern mengatakan merasa ngeri dengan kematian George Floyd di Amerika Serikat, Selasa (2/6). Dia pun mendukung protes damai dalam solidaritas peristiwa itu tanpa melanggar batasan jarak sosial.

"Saya pikir saya berdiri dengan orang lain karena ngeri dengan apa yang telah kita lihat," kata Ardern kepada penyiar TVNZ dalam sebuah wawancara.

Baca Juga

Ribuan warga Selandia Baru berbaris dengan damai pada Senin (1/6). Mereka bergabung dengan publik luas di seluruh dunia mengecam kematian Floyd di tangan polisi pekan lalu.

"Saya tidak ingin menghentikan protes damai ... tetapi ada aturan untuk melindungi orang," kata Ardern mengingatkan pada pembatasan jarak sosial pada pertemuan besar.

Menurut Ardern, respons negaranya terhadap serangan tersebut memperlihatkan bahwa warga Selandia Baru menolak rasisme dan kebencian. "Sama artinya sebagai negara yang kita sebut di mana pun kita melihatnya di dunia yang terglobalisasi," katanya memahami sentimen para pengunjuk rasa.

Ardern dikenal sebagai pemimpin yang mempromosikan isu-isu seperti keadilan sosial, multilateralisme, dan kesetaraan. Dia dipuji secara global atas penanganan penuh belas kasih atas penembakan massal terburuk di negara itu pada 15 Maret 2019, ketika seorang supremasi kulit putih membantai 51 jemaah Muslim di dua masjid di Christchurch.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement