REPUBLIKA.CO.ID, WUHAN -- Kota Wuhan di Provinsi Hubei, China menggelar uji virus Corona terhadap 10 juta penduduknya. Angka ini hampir setara dengan total penduduk Jakarta yang mencapai 10,57 juta jiwa.
Tes itu dilakukan dari 14 Mei sampai dengan 1 Juni untuk memperbaiki psikologis masyarakat. Seorang profesor di Tongji Medical College, Lu Zuxun mengatakan, tidak ada kasus positif virus korona dari pengujian tersebut.
Sementara itu, terdapat 300 kasus tanpa gejala dan langsung dilakukan karantina. Lu mengatakan, sekitar 1.174 orang yang melakukan kontak langsung dengan pasien virus Corona telah diuji dan hasilnya negatif. Namun mereka tetap menjalani karantina selama 14 hari.
Pada 14 Mei, pemerintah Kota Wuhan mulai meluncurkan kampanye untuk menawarkan tes asam nukleat kepada warga yang belum diuji. Langkah ini bertujuan untuk melacak kasus tanpa gejala dan meyakinkan masyarakat bahwa Wuhan akan kembali membuka pabrik, bisnis, dan sekolah secara bertahap.
Deputi Eksekutif Walikota Hu Yabo mengatakan, pemerintah merogoh kocek sebesar 900 juta yuan atau 126 juta dolar AS untuk melakukan pengujian virus korona. Tes ini untuk meyakinkan penduduk Wuhan agar kegiatan ekonomi di kota tersebut bisa dibuka kembali. "Setelah tes diharapkan psikologis warga Wuhan dapat membaik, setelah mereka menjalani lockdown," ujar Hu, dilansir Xinhua.
Semua biaya pengujian virus korona ditanggung oleh pemerintah, sehingga warga tidak perlu mengeluarkan uang sepeser pun. Seorang ahli epidemologi China yang terkenal, Li Lanjuan mengatakan, berdasarkan hasil sampel dahak dan swabs dari 106 orang tanpa gejala, tidak ditemukan kasus positif.
Sementara, lebih dari 97 persen komplek perumahan Wuhan tidak ditemukan infeksi virus korona tanpa gejala dalam pengujian tersebut. "Wuhan sekarang aman, dan orang-orang Wuhan dalam kondisi aman," kata Li.
Warga Wuhan menyambut tes massal virus Corona dengan antusiasme cukup besar. Mereka berbondong-bondong mengantre dengan tetap menjaga jarak dan mengenakan masker di sejumlah lokasi pengujian.
Wakil Direktur Komisi Kesehatan Kota Wuhan, Weng Weihua mengatakan, sebanyak 63 agen pengujian di kota itu telah dimobilisasi untuk meningkatkan kapasitas pengujian. Dalam satu kali pengujian menggabungkan tidak lebih dari lima sampel untuk meningkatkan efisiensi dan akurasi.
Ketika ada hasil yang positif, maka pasien yang bersangkutan diminta untuk melakukan pengujian kedua. Semua upaya ini akan meningkatkan kapasitas pengujian harian di Wuhan dari 300 ribu menjadi lebih dari satu juta sampel.
Perusahaan biotek China, BGI menjadi salah satu agen yang berpartisipasi. Mereka bisa mendapatkan hasil dalam waktu 24 jam dan akan menyimpan sampel selama dua hari jika sewaktu-waktu diperlukan untuk peninjauan. Sementara itu, Laboratorium Huo-Yan, yakni sebuah perusahaan di Wuhan menggandakan kapasitas pengujiannya menjadi 40 ribu sampel per hari.
Seorang dokter di Rumah Sakit Renmin, Universitas Wuhan, Hu Ke optimistis, pengujian tersebut sangat bermanfaat untuk membantu mencegah gelombang kedua dan meredakan kekhawatiran publik. Hasil yang didapatkan dari pengujian tersebut merupakan bukti bahwa Wuhan berhasil mengendalikan pandemi virus korona.
"Tes massal membantu mendeteksi kasus tanpa gejala, yang mungkin masih menginfeksi orang lain. Hanya dengan menempatkan mereka dalam isolasi dan pengobatan yang ketat, epidemi dapat diatasi dan seluruh masyarakat diyakinkan," kata Hu.