REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Sedikitnya 127 jurnalis di 31 negara meninggal akibat tertular virus corona dalam tiga bulan terakhir, menurut Press Emblem Campaign (PEC) yang bermarkas di Jenewa, Selasa (2/5). Beberapa dari mereka meninggal lantaran minimnya langkah perlindungan yang memadai ketika bertugas.
"Pekerja media berperan penting dalam perang melawan virus corona. Mereka harus memberitakan seputar penyebaran penyakit tersebut," kata Sekretaris Jenderal PEC, Blaise Lempen melalui pernyataan, seperti dikutip dari Anadolu Agency, Rabu (3/6).
Menurut data NGO tersebut, mulai 1 Maret hingga 31 Mei, sedikitnya 127 jurnalis meninggal akibat Covid-19. Sekitar dua pertiga di antaranya sedang bertugas. Pada Mei saja tercatat 72 korban meninggal.
Menurut wilayah, Amerika Latin menjadi benua yang paling terdampak dengan sedikitnya 62 jurnalis. Kemudian, diikuti oleh Eropa dengan 23 jurnalis, Asia dengan 17 jurnalis, Amerika Utara 13 jurnalis dan Afrika dengan 12 jurnalis.
Peru merupakan negara dengan jumlah korban tertinggi, 15 orang. Kemudian Brasil dan Meksiko dengan masing-masing 13 korban dan 12 korban dari Ekuador.
Sebanyak 12 jurnalis meninggal di Amerika Serikat dengan delapan jurnalis masing-masing di Rusia dan Pakistan. Selanjutnya Inggris dengan lima jurnalis, Bangladesh empat jurnalis, kemudian tiga jurnalis masing-masing di Bolivia, Kamerun, Republik Dominika, Prancis, India, Italia serta Spanyol.
Dua korban diidentifikasi masing-masing di Aljazair, Kolombia, Mesir, Swedia dan satu korban di Austria, Belgia, Kanada, Iran, Jepang, Maroko, Nikaragua, Nigeria, Afrika Selatan, Togo dan Zimbabwe.
Ratusan pekerja media lainnya terbukti positif tertular virus corona dan sejumlah media harus ditutup untuk sementara. PEC menyebutkan data miliknya berdasarkan pada berbagai sumber termasuk perhimpunan jurnalis nasional, media setempat dan koresponden PEC di seluruh dunia.