REPUBLIKA.CO.ID, TEPI BARAT -- Pemimpin permukiman Tepi Barat mengatakan rencana perdamaian pemerintah Amerika Serikat (AS) yang diungkapkan Januari lalu menunjukkan Donald Trump dan menantunya Jared Kushner 'bukan teman negara Israel'. Hal ini disampaikan ketua dewan pemimpin-pemimpin permukiman Yesha, David Elhayani, dalam wawancara dengan surat kabar Haaretz.
Dilansir Times of Israel pada Kamis (4/6), dalam wawancara itu ia ditanya tentang pernyataan pejabat-pejabat AS yang mengatakan perlawanan pemimpin-pemimpin permukiman terhadap rencana perdamaian Trump menunjukkan sikap 'tidak tahu berterima kasih'. Elhayani mengatakan Trump dan Kushner yang juga penasihat senior presiden 'tidak memikirkan keamanan Israel dan kepentingan permukiman'.
Menurut Elhayani 'satu-satunya yang mereka pikirkan apakah rencana itu mempromosikan kepentingan mereka untuk pemilihan yang akan datang'. Pernyataan ini mencerminkan semakin meningkatnya retorika dari pemimpin-pemimpin permukiman menentang pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan rencana perdamaian Trump.
Times of Israel belum dapat menghubungi Elhayani untuk menjelaskan maksudnya lebih lanjut. Namun Dewan Daerah Har Hebron, Yochai Damri, memiliki pandangan yang sama tentang rencana Trump dengan mengatakan ia sangat tidak setuju dengan ketua Dewan Yesha. Menurutnya Trump masih teman Israel.
"Hari ini saya banyak menulis di kolom saya di surat kabar Maariv, berterima kasih kepada Presiden Trump atas semua yang ia lakukan untuk Israel dan persahabatan yang luar biasa dengan perdana menteri. Sah saja ia memiliki pandangan yang berbeda dengan kami, tapi mengatakan Trump bukan teman Israel? Saya sepenuhnya tidak setuju," kata Damri.
Ketua Dewan Yamina, Naftali Bennett, menanggapi pernyataan Elhayani. Bennett juga menentang rencana pembentukan negara Palestina.
"Presiden Trump teman dekat Israel dan kami sangat berterima kasih atas dukungannya dalam menghadapi agresi Iran, memindahkan kedutaan besar, mengakui Dataran Tinggi Golan, dan lainnya," kata Bennett.
Elhayani dikenal dengan retorikanya yang keras. Salah satu petinggi pemimpin permukiman lainnya menuduh ketua dewan Yesha itu mengganggu rencana AS untuk segera mengakui kedaulatan Israel di sebagian besar Tepi Barat.