REPUBLIKA.CO.ID, LONDON - Mantan kepala mata-mata Inggris atau MI6, Sir Richard Dearlove, menilai kemungkinan virus corona telah dimulai secara tidak sengaja di laboratorium di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China. Menurut dia, virus tidak berada di pasar basah yang sebelumnya dikatakan berpindah dari kelelawar ke manusia.
Sebagai gantinya, Dearlove mengeklaim bahwa virus mungkin telah lolos dari laboratorium. Hal ini juga mengutip sebuah studi kontroversial oleh para peneliti Inggris dan Norwegia, termasuk Prof Angus Dalgleish dari St George's di University of London dan Kepala Penasihat Ilmiah untuk Militer Norwegia John Fredrik Moxnes.
Sir Richard mengatakan, para ilmuwan di salah satu fasilitas telah melakukan percobaan penyambungan gen dalam upaya untuk mengidentifikasi patogen yang berpotensi berbahaya seperti epidemi SARS pada tahun 2003. Menurut dia, itu adalah bisnis yang berisiko jika seseorang membuat kesalahan.
"Lihatlah kisah-kisah dari upaya oleh kepemimpinan (China) untuk mengunci setiap perdebatan tentang asal-usul pandemi dan cara orang ditangkap atau dibungkam," ujarnya seperti dikutip Arab News, Jumat (5/6).
"Saya pikir itu akan membuat setiap negara di dunia memikirkan kembali bagaimana ia memperlakukan hubungannya dengan China dan bagaimana masyarakat internasional berperilaku terhadap kepemimpinan China," ujarnya menambahkan dalam wawancaranya dengan the Telegraph.
Namun demikian, Pemerintah Inggris mengatakan, pihaknya telah melihat "tidak ada bukti" yang menunjukkan bahwa virus itu berasal dari laboratorium. Kota di China itu merupakan rumah bagi dua laboratorium yang telah melakukan tes pada kelelawar serta virus corona pada masa lalu. Laboratorium itu adalah Pusat Pengendalian Penyakit Wuhan dan Institut Virologi Wuhan.
Kehadiran kedua fasilitas ini telah memicu spekulasi bahwa Covid-19 adalah hasil dari kesalahan manusia. Spekulasi menyebut virus lolos dari batas pengujian untuk mencapai populasi lokal secara tidak sengaja.
Ini adalah teori yang paling disuarakan oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Sementara itu, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo sebelumnya berbicara tentang "bukti besar" bahwa virus itu adalah patogen buatan manusia.
Namun, hal itu menuai kritik dari banyak ilmuwan di seluruh dunia. Penelitian yang dipertanyakan itu telah ditolak oleh sejumlah jurnal ilmiah.
Bukti yang diterbitkan dalam jurnal medis Inggris the Lancet mengeklaim dapat melacak 27 dari 41 kasus Covid-19 yang diidentifikasi kembali ke pasar basah Wuhan yang sama, memperkuat hipotesis asli. Sementara itu, Kantor Direktur Intelijen Nasional AS mengatakan, pihaknya mengambil pandangan konsensus ilmiah yang lebih luas.
Lembaga itu berpendapat virus Covid-19 tidak dibuat manusia atau dimodifikasi secara genetik. Meskipun, pihaknya menambahkan bahwa ia akan terus menilai semua bukti yang bertentangan.
Penelitian ini mengeklaim telah mengidentifikasi bukti bahwa urutan genetik virus mungkin telah diedit. Hal itu disebutnya sebagai virus yang diadaptasi dengan sangat baik untuk keberadaan bersama manusia.