REPUBLIKA.CO.ID, HONG KONG -- Puluhan orang berkumpul di depan gedung Konsulat AS di Hong Kong pada Minggu untuk melakukan aksi protes atas kematian George Floyd, seorang pria kulit hitam oleh polisi di AS, atau yang juga dikenal sebagai demonstrasi "Black Lives Matter" (Nyawa Orang Kulit Hitam Berharga).
Para peserta aksi kebanyakan merupakan pelajar internasional dan anggota partai politik Liga Sosial Demokrat--yang berfokus pada advokasi HAM dan demokrasi. Mereka membawa poster bertuliskan "Black Lives Matter" dan foto Floyd.
"Penting untuk menyampaikan pesan ini kepada mereka di belahan dunia lain agar mengingatkan bahwa meskipun kita berjauhan, namun kami sepenuhnya bersama mereka dalam semangat 'Black Lives Matter'," ujar Quinland Anderson (28 tahun), seorang warga Inggris peserta aksi.
Polisi yang mengawal aksi itu mengingatkan para peserta aksi bahwa Hong Kong membatasi perkumpulan sebanyak delapan orang saja di bawah aturan untuk mencegah penularan Covid-19. Bagaimanapun, demonstrasi berjalan damai dan aman, dengan para peserta aksi yang membubarkan diri setelah membacakan orasi yang ditujukan kepada Konsulat Jenderal AS, mengutuk aksi brutal aparat dan rasisme.
Aksi di Hong Kong itu menyusul aksi serupa yang dilakukan ribuan orang di sejumlah kota di negara Eropa dan Asia sebelumnya, untuk menunjukkan solidaritas antirasisme serta menentang kekerasan oleh polisi. Sekitar 10.000 orang melakukan aksi jalan kaki dari Memorial Lincoln menuju Gedung Putih di ibu kota AS, Washington D.C., Sabtu (6/6).