REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Duta Besar Libya untuk PBB Taher el-Sonni pada Sabtu menyerukan penyelidikan PBB atas kematian sejumlah warga sipil di Kota Tarhuna, salah satu markas panglima perang Khalifa Haftar di Libya barat.
Tuntutan itu disampaikan melalui telepon antara el-Sonni dan Rosemary A. DiCarlo, Wakil Sekretaris Jenderal PBB untuk Urusan Politik dan Pembangunan Perdamaian.
"Dalam sebuah panggilan telepon dengan polisi Rosemary DeCarlo, kami meminta penyelidikan segera oleh UNSMIL sehubungan dengan mayat yang ditemukan hari ini di rumah sakit Tarhuna, lebih dari 106 warga sipil termasuk anak-anak dan wanita tampaknya dieksekusi oleh tembakan di kepala," kata el-Sonni melalui Twitter.
Amin al-Hashemi, juru bicara Kementerian Kesehatan Libya, mengatakan tanda-tanda penyiksaan ditemukan di sebagian besar mayat, termasuk wanita dan anak-anak.
Pada Jumat, tentara Libya membebaskan kota strategis Tarhuna dari pasukan Haftar.
Pasukan Haftar melancarkan serangan ke pemerintah Libya sejak April 2019, hingga menewaskan lebih dari 1.000 orang.
Pemerintah Libya kemudian meluncurkan Operasi Badai Perdamaian pada 26 Maret untuk melawan serangan di ibu kota dan baru-baru ini berhasil merebut kembali lokasi strategis, termasuk pangkalan udara Al-Watiya dan Tarhuna, yang dipandang sebagai pukulan signifikan bagi pasukan Haftar.