Senin 08 Jun 2020 21:39 WIB

Anak-Anak Afrika Selatan Kembali Belajar di Kelas

Pemerintah Afrika Selatan sudah membuka sekolah dan melonggarkan lockdown.

Pemerintah Afrika Selatan sudah membuka sekolah dan melonggarkan lockdown (Foto: ilustrasi Covid-19 di Afrika)
Foto: AP/Themba Hadebe
Pemerintah Afrika Selatan sudah membuka sekolah dan melonggarkan lockdown (Foto: ilustrasi Covid-19 di Afrika)

REPUBLIKA.CO.ID, JOHANNESBURG -- Anak-anak di Afrika Selatan kembali belajar dalam kelas, Senin (8/6). Pembukaan sekolah dilakukan setelah pemerintah setempat melonggarkan pembatasan secara bertahap.

Otoritas di Afrika Selatan memberlakukan pembatasan selama karantina beberapa bulan guna menekan penyebaran COVID-19, penyakit yang disebabkan virus corona jenis baru (SARS-CoV-2). Pembukaan kembali sekolah sempat tertunda setelah beberapa serikat guru mendesak staf sekolah agar menentang rencana pemerintah itu pekan lalu. 

Baca Juga

Serikat guru mengatakan, banyak sekolah tidak menerapkan kebijakan kesehatan serta kebersihan yang memadai sehingga tidak dapat menjamin keselamatan pengajar serta para murid. Afrika Selatan mencatat kasusCOVID-19 mencapai hampir 50.000 dan 1.000 orang menjadi korban virus coronajenis baru itu. Angka tersebut merupakan yang tertinggi di wilayah Sub-Sahara Afrika.

Menteri Pendidikan Dasar Angie Motshekga pada Ahad (7/6) mengatakan, pihaknya sejak pekan lalu telah meningkatkan fasilitas kebersihan sekolah. Menurut dia, saat ini 95 persen sekolah dasar dan menengah di Afrika Selatan dapat kembali mengadakan kegiatan belajar-mengajar dalam kelas.

"Aturannya, tidak ada sekolah yang dibuka jika memang belum siap," kata Motshekga.

Pemerintah akan mencari cara lain untuk siswa yang tidak dapat belajar dalam kelas pada hari ini. Otoritas setempat mulanya berencana hanya murid kelas 7 dan 12 yang akan belajar dalam kelas, sementara siswa tingkat kelas lain akan kembali bersekolah secara bertahap.

Banyak sekolah negeri di Afrika Selatan, khususnya di wilayah pedalaman, berada dalam kondisi buruk. Beberapa pengamat mengatakan seperempat dari sekolah negeri tidak punya fasilitas air mengalir, sehingga cuci tangan pun hampir mustahil dilakukan oleh para murid.

Sementara itu, bangunan sekolah lainnya ada yang jadi sasaran perusakan dan serangan massa, yang memprotes kebijakan karantina pemerintah pada Maret. Beberapa pejabat pemerintah khawatir penundaan kegiatan belajar mengajar dalam kelas dapat berisiko menyebabkan satu generasi siswa kehilangan hak atas pendidikan serta peluang mendapat pendidikan lebih tinggi pada masa depan.

Karantina turut mengungkap perbedaan perlakuan antara masyarakat kulit hitam dan kulit putih, warga kaya dan miskin dalam sistem pendidikan Afrika Selatan, meskipun dominasi kelompok kulit putih telah berakhir sejak seperempat abad lalu.

sumber : Reuters/Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement