REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Kanselir Angela Merkel melakukan pembicaraan melalui telepon dengan Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi, Senin (8/6) waktu setempat. Keduanya membahas situasi di Libya yang dilanda konflik karena ketegangan semakin meningkat di negara yang terbagi dua administrasif itu.
Pemerintah Jerman dalam sebuah pernyataan mengatakan, Merkel mendesak Sisi bahwa negosiasi yang didukung oleh PBB harus tetap menjadi tujuan utama dari proses perdamaian di Libya. Belum lama ini Pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA) yang diakui secara internasional memerangi pertempuran Tentara Nasional Libya yang dipimpin Jenderal Khalifa Haftar di timur.
Pada Sabtu lalu, Sisi mengusulkan inisiatif gencatan senjata baru setelah GNA yang didukung Turki memenangkan serangkaian kemenangan cepat atas pasukan Haftar. Hal itu menggagalkan upaya Haftar untuk menyatukan negara dengan kekuatan dari bantuan Mesir, Uni Emirat Arab, dan Rusia.
Misi Dukungan PBB di Libya menyambut inisiatif Sisi. "Agar pembicaraan dapat dilanjutkan dengan sungguh-sungguh, senjata harus dibungkam. Dalam keterangan itu, UNMSIL menyambut seruan aktor internasional dan regional dalam beberapa hari terakhir untuk penghentian segera permusuhan di Libya," kata misi PBB dalam sebuah pernyataan.
Pada awal tahun, Jerman menjadi tuan rumah konferensi di Berlin yang menyimpulkan persatuan internasional mendukung upaya bagi solusi politik dan gencatan senjata di Libya. Konferensi Berlin berakhir dengan janji gencatan dan embargo senjata. Para kepala negara dan pemerintah sepakat untuk membentuk komite tindak lanjut membahas implementasi kesimpulan konferensi.
Libya mengalami kekacauan setelah pembunuhan Khadafi selama pemberontakan 2011. Negara Afrika Utara yang kaya minyak itu terpecah antara dua administrasi pemerintah saingan di negara bagian timur dan barat, masing-masing didukung oleh milisi yang saling bersaing memperebutkan kekuasaan setelah kejatuhan Gaddafi. Haftar sejak tahun lalu berusaha untuk mendapatkan kendali atas barat dengan melawan GNA dalam upaya yang gagal untuk merebut Tripoli.