REPUBLIKA.CO.ID, NICOSIA -- Pelaku pemasangan bendera Byzantium di sebuah masjid di Larnaca Siprus masih misterius. Belum diketahui motif dari pemasangan bendera yang penuh kontroversi itu. Namun Turki menganggap pemasangan itu sebagai simbol anti-Islam dan anti-Turki.
Menurut Kepolisian Siprus, petugas menyelidiki aksi pemasangan bendera Byzantium di sebuah masjid di Larnaca. Dalam sebuah wawancara dengan Cyprus News Agency pada Senin (8/6), juru bicara kepolisian Christos Andreou mengungkapkan saat ini petugas sedang mencari petunjuk terkait dengan aksi pemasangan bendera tersebut. Mereka berusaha mendapatkan rekaman kamera pengawas di sekitar masjid.
Keterangan saksi yang berada di sekitar lokasi pun tengah dikumpulkan. Informasi mereka diharapkan dapat membantu memecahkan kasus tersebut.
Pada Ahad (6/6) lalu, petugas kepolisian berpatroli di masjid-masjid di seluruh Siprus. Mereka kemudian menemukan adanya bendera Byzantium yang dibentangkan di atap sebuah masjid di Larnaca.
Turki dan Republik Turki Siprus Utara (TRNC) mengutuk kejadian adanya bendera Byzantium di sebuah masjid di Kota Larnaca, Siprus Yunani. Menurut Istana Kepresiden Turki, mengibarkan bendera Byzantium merupakan simbol kebencian terhadap Islam dan Turki.
"Pengibaran bendara di Masjid Tuzla menunjukkan dendam mendalam dan kebencian terhadap Islam dan Turki oleh orang-orang bermentalitas tak menyenangkan yang mewarisi rasa malu serta menyerang ide, keyakinan dan melakukan perampasan. Dan genosida di dalam lama sejarah selama ribuan tahun," ujar Kepala Departemen Komunikasi Turki lewat cicitannya Senin (9/6) seperti dilansir Almasdarnews.
Menurutnya, Turki dengan kemampuan yang dimiiki akan terus berjuang untuk transformasi di kawasan menuju zona perdamaian dan keamanan. Perjuangan epik yang diperlihatkan Turki hari ini di Mediterania Timur, kata ia, merupakan ekspresi dari insipirasi yang diberkati dari peradabannya.
Ia mencatat, Islam yang merupakan sumber perdamaian dan keamanan serta cakrawala peradaban akan terus menerangi dan memerangi serangan sistemati terhadap Islam dana Muslim atas nama kebebasan berpendapat.
Sebelumnya Wakil Presiden Turki Fuat Oktay mengatakan, pemerintah Yunani harus berhenti mendorong kegiatan anti-Turki dan Islamofobia. "Pemerintah Yunani harus berhenti mendorong kegiatan anti-Turki dan Islamophobia yang sedang dikipasi oleh beberapa kekuatan gelap di selatan pulau dan harus mengambil langkah-langkah untuk mengakhiri penyakit mental ini," kata Fuat Oktay dalam cicitannya di Twitter dikutip Daily Sabah, Ahad (7/6).
Sementara itu, juru bicara Partai Keadilan dan Pembangunan Turki (Partai AK) yang berkuasa, Omer Celik mengutuk keras pengibaran bendera Byzantium di masjid. Ia mengatakan, pemerintah Yunani harus menghentikan permusuhan terhadap Islam. "Mereka yang mempromosikan Islamofobia akan segera menghadapi masalah yang disebabkan oleh fasis yang mereka lindungi," tulis Omer Celik dalam cuitannya di Twitter.
Kemudian, Presiden TRNC Mustafa Akıncı mendesak pemerintah Siprus Yunani untuk tidak membiarkan tindakan keji ini dibiarkan begitu saja, mengingat upaya pembakaran di sebuah masjid di Siprus Yunani. Menurut dia, ada seseorang berusaha melakukan provokasi.
"Jelas ada seseorang yang berharap untuk mengandalkan provokasi. Setelah upaya pembakaran masjid di Limassol, tindakan ini tidak boleh diremehkan dan pemerintah Yunani harus mengejar orang-orang yang melakukannya," kata Mustafa Akinci dalam sebuah pernyataan.
Direktur Komunikasi Turki Fahrettin Altun mengatakan di Twitter, serangan itu tidak sesuai dengan kemanusiaan dan hati nurani. Ia menyebutkan, aksi menggantungkan bendera Byzantium di masjid memukul semua orang yang membela kebebasan berkeyakinan.
"Menggantung bendera Byzantium di Masjid Tuzla di Larnaca telah memukul kami dengan keras dan semua orang yang membela kebebasan berkeyakinan," kata Altun.
Ia menambahkan, Turki menuntut segera mengakhiri serangan terhadap negara itu dan Islam serta hukuman para pelanggar. Pekan lalu, Masjid Koprulu Hacı Ibrahim Aga di kota Limassol diserang dengan bom molotov oleh orang tak dikenal.
Perdana Menteri Siprus Turki Ersin Tatar meminta pemerintah Siprus Yunani membuat kebijakan untuk menghentikan kegiatan anti-Islam. Otoritas religius tertinggi TRNC mengatakan sedih dengan berita itu dan meminta uskup agung untuk menjelaskan masalah ini.