REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Setelah gagal memulai karier yang mereka dambakan, demi memenuhi kebutuhan hidup 40 lulusan universitas di Gaza menjadi pemetik tanaman. Mereka bekerja lima kali lebih cepat dibandingkan traktor untuk upah ala kadarnya.
Karena dapat bekerja dengan cepat para lulusan universitas yang harusnya menjadi guru atau perawat menamakan diri mereka sebagai Komando. Pekan ini, sambil memakai alat proteksi dari panasnya sinar matahari, Komando memanen gandum di Jalur Gaza dekat perbatasan dengan Israel.
"Pada tahun 2016 kami mulai dengan lima atau enam lulusan dan sekarang tim kami berkembang menjadi 40. Petani butuh waktu 150 menit untuk memanen tapi hanya 30 menit jika menggunakan traktor," kata anggota Komando, Ala Abu Tair, Rabu (10/6).
Laki-laki berusia 31 tahun itu tidak dapat menemukan pekerjaan sebagai guru olahraga sejak ia lulus tahun 2009. Ia menyalahkan blokade Israel dan perpecahan politik di Palestina.
Ekonom setempat mengatakan dua dari tiga lulusan universitas di Gaza menganggur. Komando tidak memanen tanah untuk 20 shekel per hari, mereka melakukan pekerjaan konstruksi.
Israel mengatakan penutupan perbatasan dilakukan untuk menahan agar Hamas tidak dapat menyerang mereka. Sementara pejabat Gaza menegaskan langkah itu menghancurkan perekonomian mereka.