REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT - Demonstran di Lebanon menyerbu bank sentral di ibu kota pada Kamis, setelah nilai tukar mata uang negara itu terhadap dolar AS merosot ke rekor terendah. Dalam dua hari terakhir, nilai tukar naik dari 4.000 pound Lebanon menjadi 6.000 pound Lebanon per USD1.
Krisis ekonomi di Lebanon telah mendorong para demonstran turun ke jalan-jalan di Beirut dan kota-kota besar lainnya. Unjuk rasa itu berubah ricuh ketika para demonstran membakar ban di depan istana pemerintah dan merusak toko-toko di sekitar bank sentral.
Lewat Twitter, Palang Merah Lebanon mengungkapkan bahwa sedikitnya 33 orang terluka selama aksi protes. Lebanon menderita angka pengangguran tinggi, pertumbuhan lambat, dan salah satu rasio utang tertinggi di dunia.
Sementara itu, pandemi Covid-19 semakin memperburuk situasi di negara itu. Jumlah kasus Covid-19 di Lebanon sejauh ini ada 1.402 kasus, 31 di antaranya meninggal dan 845 lainnya sudah pulih.