REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Kedutaan Besar Amerika Serikat (AS) mengeluarkan peringatan keamanan untuk lingkungan Jaffa di Tel Aviv, Sabtu (13/6). Langkah ini diambil akibat protes pembangunan tempat penampungan tunawisma di pemakaman kuno Muslim.
"Protes berlanjut malam ini di dekat Menara Jam dan di seluruh kota Jaffa. Protes bisa berubah menjadi kekerasan termasuk vandalisme, melempar batu, membakar ban, kendaraan, dan bom api," kata pernyataan Kedutaan Besar AS.
Dengan kemungkinan kekerasan terjadi, Kedutaan Besar AS menyarankan karyawannya untuk menjaga kewaspadaan atas kondisi sekitar. Mereka diminta untuk menghindari bepergian di malam hari.
"Kedutaan Besar sangat mendorong warga AS untuk tetap waspada dan mengambil langkah yang tepat untuk meningkatkan kesadaran keamanan, karena insiden keamanan sering terjadi tanpa peringatan," ujar pernyataan Kedutaan Besar AS.
Anggota Knesset atau Parlemen Israel, Mansour Abbas, mengunjungi situs itu pada Sabtu (13/6) malam. Dia menilai situs-situs suci bernilai religius tinggi ini memerlukan perlakukan khusus oleh Wali Kota Ron Huldai.
Anggota Arab Joint List ini mengatakan bahwa solusi mungkin akan mengakhiri ketegangan di atas konflik seputar pekuburan itu. Pernyataan ini muncul setelah unjuk rasa beberapa hari berubah menjadi lebih keras dengan sejumlah kendaraan dibakar dan sebuah bom api dilemparkan ke gedung pemerintah kota Tel Aviv-Jaffa pada Jumat (12/6) tengah malam.
Pemerintah kota mengeluarkan pernyataan yang mengutuk serangan itu. "Para pelaku tindakan ini adalah bagian dari kelompok kecil yang tidak mewakili sebagian besar penduduk Jaffa, yang memiliki kepercayaan besar pada pemerintah kota," ujarnya.
Perselisihan itu terjadi karena sebuah situs, yang dikenal dalam bahasa Arab sebagai Maqbarat al-Is'aaf. Tempat ini merupakan satu-satunya kuburan Muslim di Tel Aviv. Kementerian Purbakala menetapkan kuburan itu berisi tulang-belulang dari zaman Ottoman sejak zaman Hellenistik.