REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, mengatakan sistem ekonomi Islam adalah kunci untuk keluar dari krisis, Ahad (14/6). Pernyataan ini muncul karena dia menilai ekonomi global terus menderita karena pandemi virus Corona.
Erdogan menjelaskan, pedoman-pedoman Islam menawarkan kunci untuk keluar dari kesengsaraan ekonomi yang kini dihadapi dunia. "Pendanaan berlebihan telah menciptakan model ekonomi yang membengkak, yang hanya bertindak atas kekhawatiran tentang pendapatan yang tidak diterima, tanpa mempertimbangkan biaya sosial dan manusia," katanya dengan latar belakang kejatuhan ekonomi dari pandemi virus Corona.
Menurut Erdogan, konsep tersebut bertentangan dengan yang telah dijanjikan. Distribusi pendapatan dan kekayaan secara bertahap memburuk di seluruh dunia dan kesenjangan antara negara-negara melebar.
Dunia saat ini kehilangan hampir 440 ribu nyawa di seluruh dunia. Menurut Erdogan ini tidak dapat dikaitkan dengan Covid-19 saja. Dia mengatakan, banyak negara memiliki sistem ekonomi yang hanya melindungi yang kuat dan kaya, karena di beberapa negara orang tanpa asuransi kesehatan dibiarkan mati.
"Dalam beberapa hari terakhir, di balik peristiwa jalanan di beberapa negara barat, bersama dengan rasisme, ada ketidakadilan yang terungkap oleh pandemi," kata Erdogan saat mempertanyakan model ekonomi beberapa negara kuat.
Bahkan, menurut Erdogan, negara-negara yang paling makmur mengalami kesulitan dalam memberikan masker kepada warganya. Mereka pun tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan minimum.
Melihat kondisi ini, Erdogan melihat sudah waktunya perekonomian Islam tumbuh. "Kami bertujuan menjadikan Istanbul pusat keuangan dan ekonomi Islam," katanya.
Awal tahun ini, lembaga pemeringkat kredit Moody mengumumkan, aset perbankan syariah Turki akan berlipat ganda dalam satu dekade. Hal ini karena inisiatif pemerintah Erdogan mendorong pertumbuhan di sektor untuk membuat Turki telah memposisikan diri menjadi pusat partisipasi perbankan dan keuangan Islam.
Erdogan mengklaim Turki adalah salah satu negara yang memerangi pandemi dengan kerusakan paling sedikit. "Selain memenuhi kebutuhan orang-orang kami sendiri, kami telah memberikan bantuan medis kepada 125 negara di seluruh dunia," katanya.
Tumbuh sebesar 4,5 persen pada kuartal pertama, Erdogan mengatakan bahwa Turki telah menunjukkan negara itu membedakan dirinya secara positif dari negara-negara lain. Kondisi ini tidak hanya berlaku di sektor kesehatan, tetapi juga dalam perekonomian.
"Dengan terwujudnya kalender normalisasi, produksi, perdagangan, dan pariwisata mulai bangkit," tambah Erdogan. Turki mengkonfirmasi total 4.807 kematian, 178.239 kasus virus korona, sementara pemulihan melebihi 151 ribu.