REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan, asal usul sekelompok baru infeksi virus Corona di Beijing masih tidak pasti, Senin (15/6). Klaim kemungkinan disebabkan oleh impor atau pengemasan salmon bukanlah hipotesis utama.
Beberapa distrik di ibukota China memasang pos pemeriksaan keamanan, menutup sekolah dan memerintahkan orang untuk melakukan tes virus Corona pada Senin. Upaya ini dilakukan setelah kenaikan kasus yang terkait dengan pasar makanan grosir terbesar di Beijing.
Surat kabar yang dikelola pemerintah melaporkan, virus itu ditemukan pada talenan yang digunakan untuk salmon impor di pasar Xinfadi Beijing. Kondisi ini memunculkan kekhawatiran gelombang kedua pandemi di China.
Kepala program kedaruratan WHO, Mike Ryan, mengatakan, kemasan harus diuji secara sistematis setelah infeksi baru. "Saya pikir kita perlu melihat apa yang terjadi dalam kasus ini, saya tidak percaya itu adalah hipotesis utama. Tapi itu perlu dieksplorasi," ujarnya.
Komentar Ryan menguatkan pendapat para ahli sebelumnya yang mengatakan bahwa ikan itu sendiri tidak mungkin membawa penyakit. Hubungan virus dengan salmon mungkin merupakan hasil dari kontaminasi silang.
China yang merupakan importir utama makanan laut dan daging telah menghentikan pembelian dari pemasok salmon Eropa. Keputusan ini karena kekhawatiran terkait dengan virus Corona.
Ryan mengatakan, PBB sedang melacak wabah itu dan telah menawarkan lebih banyak bantuan teknis ke China. PBB melakukan kontak dekat dengan pihak berwenang Beijing ketika mereka berusaha mengendalikannya.
"Seperti yang telah kita lihat di banyak negara, munculnya klaster baru, terutama ketika asal-usul klaster, penggerak klaster, selalu menjadi perhatian," kata Ryan.
Setelah melakukan investigasi, maka tanggapan atas temuan dan serangkaian tindakan komprehensif perlu dilakukan. Ryan mengharapkan China mempublikasikan urutan genetik virus dari wabah Beijing seperti yang telah terjadi di masa lalu.
Laporan WHO menyatakan, lebih dari 100 kasus telah dikonfirmasi dalam wabah baru ini tetapi tidak ada laporan kematian.
"Temuan bahwa ini mungkin mewakili strain yang lebih umum dalam penularan di Eropa adalah penting dan mungkin mencerminkan penularan dari manusia ke manusia lebih dari hipotesis lainnya. Namun, itu masih harus dilihat," kata Ryan.