REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Iran termasuk negara yang terus mendapat sanksi ekonomi dan politik dari Barat terutama Amerika Serikat (AS). Meski didera sanksi bahkan di saat pandemi virus corona, Iran tetap berdiri teguh sebagai negara yang kuat dan memainkan peran penting di kawasan.
Presiden Iran Hassan Rouhani pun mengungkapkan rahasia di balik kuatnya Iran menghadapi tekanan dari sanksi-sanksi tersebut. Hassan Rouhani menyatakan budaya dan daya tahan Iran yang hebat menjadi alasan utama mengapa sanksi-sanksi AS tidak efektif bagi Iran.
"Tidak ada yang berpikir bahwa Iran dapat menahan segala tekanan dari sanksi-sanksi yang dijatuhkan selama tiga tahun ini," kata Presiden Hassan Rouhani, Selasa (16 Juni).
Hassan Rouhani menegaskan jika bukan budaya yang kaya, keyakinan yang kuat, dan ketekunan rakyat, Iran saat ini tidak akan mampu menghadapi tekanan-tekanan yang datang.
Rakyat Iran, kata Rouhani, menghadapi masalah dan tekanan dalam hidup mereka akibat sanksi-sanksi ekonomi. Namun, tegas Rouhani, tidak ada yang mengira bahwa tekanan dan sanksi itu sama sekali tidak meruntuhkan Iran.
AS terus menjatuhkan sanksi terhadap Iran yang telah menjadi musuh bebuyutannya. AS pertama kali memberikan sanksi ekonomi ke Iran pada 1979 saat Shah Iran dijatuhkan.
Berikutnya, sanksi-sanksi ekonomi terus berlanjut mulai dari pembekuan aset Iran di luar negeri, larangan perdagangan dengan semua entitas bisnis maupun pemerintah Iran, membangun segala aktivitas ekonomi dengan Iran, hingga transaksi-transaksi keuangan.
Bahkan, bantuan ke Iran pun dilarang diberikan meski desakan terus muncul dari entitas internasional kepada AS. Saat pandemi virus corona, sanksi ke Iran mulai dilonggarkan khusus pengiriman bantuan.
Sanksi ekonomi diberikan AS kepada Iran sebagai upaya untuk melemahkan pemerintahan Islam Iran yang sah. Namun, seperti kata Rouhani, tekanan dari sanksi itu sama sekali tidak memberikan efek pelemahan kepada pemerintah dan rakyat Iran.
BACA JUGA: Isu-Isu Timur Tengah dan Dunia Terkini Perspektif Republika di Sini