Kamis 18 Jun 2020 16:38 WIB

Indonesia Terpilih Jadi Anggota Dewan Ekonomi dan Sosial PBB

Indonesia telah terpilih12 kali sebagai anggota dewan ekonomi dan sosial PBB

Red: Nur Aini
Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi menyatakan Indonesia kembali terpilih jadi anggota dewan ekonomi dan sosial PBB
Foto: Kementerian Luar Negeri RI
Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi menyatakan Indonesia kembali terpilih jadi anggota dewan ekonomi dan sosial PBB

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Indonesia berhasil terpilih sebagai anggota Dewan Ekonomi dan Sosial (Economic and Social Council/Ecosoc) PBB periode 2021-2023 dari Kelompok Asia-Pasifik dalam pemilihan yang berlangsung tertutup di Markas Pusat PBB di New York pada Rabu (17/6) pagi waktu setempat.

Berbeda dengan proses sebelumnya, pemilihan kali ini diselenggarakan tanpa sidang plenary sebagai upaya pencegahan penyebaran virus Covid-19. Dalam kesempatan tersebut, perwakilan dari masing-masing Perutusan Tetap di New York hadir untuk memberikan suara.

Baca Juga

"Alhamdulilah Indonesia terpilih sebagai anggota Ecosoc periode 2021-2023. Dengan mandat ini, Indonesia akan bekerja keras dengan anggota lain dan komunitas internasional yang lebih luas untuk mempercepat pemulihan ekonomi dan sosial pascapandemi," ujar Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi dalam konferensi pers di Istana Presiden Bogor, Kamis (18/6).

Indonesia memperoleh 186 suara dari total 190 suara. Selain Indonesia, Jepang (185 suara) dan Kepulauan Solomon (187 suara) juga terpilih mewakili Kelompok Asia-Pasifik. Sementara itu, Guatemala, Bolivia, Argentina, dan Meksiko, terpilih mewakili Kelompok Amerika Latin dan Karibia; Bulgaria terpilih di Kelompok Eropa Timur; Libya, Liberia, Nigeria, Madagaskar dan Zimbabwe terpilih di Kelompok Afrika, dan pada Kelompok Eropa Barat dan Lainnya, Austria, Jerman, Portugal, Inggris, dan Prancis, terpilih untuk mewakili kelompok tersebut.

"Saya ingin menggunakan kesempatan ini untuk menyampaikan penghargaann saya atas dukungan negara-negara anggota PBB kepada RI," kata Retno.

Menyusul keprihatinan global akibat pandemi, pemerintah Indonesia, kata Retno, memperkenalkan insentif untuk mendukung kesejahteraan ekonomi, serta untuk melindungi pekerja. Lebih jauh lagi upaya untuk mempromosikan llingkungan kerja yang aman dan suportif yang menghormati protkol kesehatan yang juga jadi prioritas utama.

Sebagai anggota Ecosoc, Indonesia berkomitmen untuk terus berpartisipasi aktif dalam mendorong upaya pencapaian Agenda Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals) 2030. Indonesia juga akan terus berupaya meningkatkan peran dalam pembahasan isu-isu strategis terutama pada Badan-Badan Khusus di bawah ECOSOC di antaranya FAO, WHO, IMO, ICAO, dan IAEA.

Terpilihnya Indonesia di Ecosoc memiliki arti penting, di antaranya, pemanfaatan platform Ecosoc dalam mendorong upaya pemulihan ekonomi dan sosial pasca-pandemi Covid-19. Kemudian, bisa merefleksikan kepemimpinan global Indonesia dalam mendorong akselerasi pencapaian SDGs, serta pemajuan program prioritas nasional yang sejalan dengan SDGs sekaligus berkontribusi dalam transformasi ekonomi, khususnya pada sektor ekonomi mempunyai nilai tambah tinggi bagi kemakmuran bangsa.

Ecosoc merupakan salah satu dari enam Badan Utama PBB yang bertanggungjawab untuk mengkoordinasikan bidang ekonomi dan sosial, terutama yang terkait ruang lingkup kerja 15 Badan-Badan Khusus, delapan Komisi Fungsional, dan lima komisi regional di bawah kewenangannya. Ecosoc terdiri atas 54 negara anggota yang dipilih setiap tahunnya untuk masa tugas 3 tahun secara overlapping.

Itu merupakan yang ke-12 kalinya Indonesia menjadi anggota Ecosoc setelah terkahir pada periode 2012-2014. Sebelumnya Indonesia menempati posisi tersebut pada periode 1956-1958; 1969-1971; 1974-1975; 1979-1981; 1984-1986; 1989-1991; 1994-1996; 1999-2001; 2004-2006; dan 2007-2009.

Selama sejarah panjang menjadi anggota Ecosoc, Indonesia telah dua kali dipercaya menjadi Presiden Ecosoc yakni pada 1970 dan 2000. Selain itu, Indonesia pernah menjadi Wakil Presiden Ecosoc pada 1969, 1999, dan 2012.

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement