Jumat 19 Jun 2020 12:17 WIB

India Upayakan Ekstradisi Zakir Naik dari Malaysia

Zakir Naik diduga bertemu dengan terdakwa kerusuhan di New Delhi, Februari lalu.

Rep: deutsche welle/ Red: deutsche welle
India Upayakan Ekstradisi Zakir Naik dari Malaysia
India Upayakan Ekstradisi Zakir Naik dari Malaysia

Pendakwah muslim India Zakir Naik adalah tersangka terbaru yang diumumkan pihak berwenang India dalam penyelidikan mereka atas kerusuhan di New Delhi, Februari lalu. Demikian dilaporkan media India, The Quint.

Dalam permohonan yang diajukan oleh kepolisian Delhi pada tanggal 15 Juni, polisi menuduh salah seorang terdakwa dalam kerusuhan itu, Khalid Saifi, telah bertemu dengan Zakir Naik di luar negeri dan meminta dukungannya untuk "menyebarkan agendanya." Zakir Naik, buronan yang sekarang bermukim di Malaysia, membantah mengetahui atau telah bertemu Saifi, demikian menurut The Quint.

Insiden itu telah memperbaharui perdebatan politik dan agama seputar pengkhotbah kontroversial itu. Pada tanggal 14 Mei, India meminta Naik untuk diekstradisi. Tokoh fundamentalis tersebut telah tinggal di pengasingan di Malaysia selama lebih dari tiga tahun dan memiliki tempat tinggal permanen di negara Asia Tenggara tersebut.

Zakir Naik menghadapi tuduhan menyebarkan ujaran kebencian di India, serta pencucian uang. Dia dituduh memperoleh aset kriminal senilai 28 juta dollar AS untuk membeli properti di India dan membiayai acara-acara di mana dia menyampaikan "pidato provokatif".Tuduhan itu dibantahnya. Dia telah berulang kali membantah tuduhan bahwa dia memprovokasi kekerasan agama dan mengatakan media telah "menggunakan klip video dan sejumlah skema tidak jujur" untuk menuduhnya melakukan terorisme.

Para ahli telah berkomentar bahwa karakter politik yang kompleks di sekitar kasus Naik - ditambah dengan meningkatnya ketegangan agama di wilayah tersebut - dapat membuat skema ekstradisi semakin sulit.

Siapakah Zakir Naik?

Sebagai seorang pendukung aliran pemikiran garis keras Salafi, Zakir Naik mempromosikan Islam radikal di saluran televisi Peace TV. Jaringan televisi satelit itu telah dilarang untuk disiarkan di India, tetapi diperkirakan memiliki 200 juta pemirsa di seluruh dunia. Bermarkas di Dubai, Peace TV dimiliki oleh Islamic Research Foundation (IRF), sebuah kelompok yang dipimpin oleh Naik.

Pengkhotbah ini juga memiliki gelar dalam bidang kedokteran dan biasanya terlihat mengenakan setelan jas dengan Taqiyah (kopiah). Tidak sampai bulan Juli 2016, ia menjadi perhatian internasional, setelah serangan mematikan di kafe Holey Artisan di Dhaka, Bangladesh. Naik dituduh menginspirasi salah satu pria bersenjata melalui pidatonya, sebuah tuduhan yang dengan keras ia bantah dan menuduh media di Bangladesh bersensasi.

Pada bulan November 2016, lembaga kontraterorisme India mengajukan pengaduan resmi terhadap Zakir Naik, menuduhnya mempromosikan kebencian agama dan kegiatan yang melanggar hukum. Tahun berikutnya, Zakir Naik mencari suaka dan pindah ke Malaysia.

Umpan politik

Sejak pindah ke Malaysia, Zakir Naik diduga menerima dana untuk IRF dari Qatar, Turki dan Pakistan. Laporan-laporan telah muncul selama masa ketika Turki, Pakistan dan Malaysia meningkatkan kritik mereka terhadap perlakuan India terhadap populasi minoritasmuslim.

"Malaysia, Turki, dan Pakistan adalah negara-negara Islam modern, mencoba mendamaikan Islam dengan bisnis, sains, dan ekonomi. Mereka tidak akan menentang pengkhobah seperti Zakir Naik, yang mempromosikan Islam," kata Atul Singh, pendiri Fair Observer, organisasi media nirlaba AS. "Dia melayani kepentingan mereka untuk memiliki pengaruh budaya di kalangan muslim India."

Pakar lain melihat Zakir Naik sebagai bagian dari ambisi Malaysia, Turki dan Pakistan yang lebih luas untuk mencari aliansi. "Turki dan Pakistan berusaha menjadi kekuatan lunak untuk mengatasi islamofobia. Pada akhirnya, Turki, Pakistan dan Malaysia terikat oleh simbolisme Islam," kata Hajira Maryam, seorang peneliti di lembaga penyiaran internasional Turki, TRT World.

Menginspirasi ISIS dan al-Qaida

India melanjutkan perjuangannya dalam mengumpulkan dukungan internasional untuk mengekstradisi Naik. Interpol telah menolak untuk mengeluarkan Red Notice untuk memburu Zakir Naik di tiga kesempatan.

"India ingin mengekstradisi Naik karena dia menyalahgunakan kekuasaannya untuk mempromosikan gambaran negatif tentang India. New Delhi juga khawatir tentang dampak Naik terhadap pemuda muslim di negara itu. Ada beberapa sel ISIS yang tidur di India telah termotivasi olehnya," kata Sreeram Chaulia, seorang dekan di Sekolah Hubungan Internasional Jindal di Sonipat.

Di masa lalu, pengikut al Qaida yang ditahan dilaporkan mengatakan kepada para pejabat bahwa Naik adalah pengaruh yang signifikan terhadap mereka. Dia juga telah dikritik di India karena pandangannya tentang berbagai topik termasuk jihad, Hindu dan hak-hak perempuan.

Singh mengatakan bahwa "India terutama berusaha mengekstradisi Naik karena dia telah mengkritik Modi dan berbicara tentang supremasi Islam."

"Kita tidak dapat mengabaikan fakta bahwa Zakir Naik adalah fundamentalis otoriter," ujar Singh. Ditambahkannya, Zakir Naik "percaya bahwa laki-laki diperbolehkan memukuli istri mereka 'secara ringan' dan bahwa kaum muslim memiliki hak untuk berhubungan seks dengan 'budak perempuan mereka.“

Skeptisisme seputar ekstradisi Naik

Beberapa kritikus berpendapat bahwa seruan New Delhi untuk ekstradisi Zakir Naik adalah bagian dari agenda nasionalis Hindu.

Pada bulan Januari 2018, Hakim Manmohan Singh dari Pengadilan Banding untuk pencegahan pencucian uang menunjukkan bahwa Direktorat Penegakan (ED), pengawas kejahatan keuangan India, bertindak cepat dalam mencoba mengambil alih properti Naik di India, tetapi lambat dalam mengambil tindakan terhadap tokoh-tokoh Hindu yang kuat atas kasus pidana yang melibatkan mereka.

"Ekstremis Hindu di India menggunakan pernyataan Naik untuk membenarkan tindakan mereka mengekstradisi dia. Naik pernah ditanya tentang ideologi jihad Osama bin Laden. Dia sangat menentang metode yang digunakan bin Laden, tetapi orang-orang mengaitkan interpretasinya tentang jihad. Jika seseorang salah mengartikan pengajaran Naik dan melakukan kejahatan, itu tidak adil untuk menyalahkan Naik," kata Naeem Baloch, seorang peneliti di Geo News Pakistan dan profesor tamu di University of Central Punjab di Lahore. "Zakir Naik tidak peduli dengan politik dan dia juga tidak tertarik untuk mengambil bagian dalam gerakan politik apa pun," tambahnya.

Malaysia mungkin tidak menyerahkan Naik

Malaysia belum mengomentari ekstradisi Naik. Para analis mengatakan bahwa keputusan Malaysia tentang apakah akan mengekstradisi Naik tergantung pada faktor agama dan politik.

"Rezim Malaysia saat ini lebih Islami daripada rezim sebelumnya karena pengaruh Partai Islam Pan-Malaysia," kata Chaulia, merujuk pada kepemimpinan Perdana Menteri Malaysia Muhyiddin Yassin, yang naik ke tampuk kekuasaan Maret lalu, beraliansi dengan Perikatan Nasional.

"Naik dipandang sebagai pengkhotbah agama yang penting bagi pemilih Melayu yang konservatif - yang terdiri dari sebagian besar basis suara koalisi Perikatan Nasional saat ini. Menyetujui untuk mengekstradisi Zakir Naik bisa berisiko mengikis basis itu," jelas Chye Shu Wen, seorang analis di London.

Celah-celah dalam perjanjian ekstradisi juga memungkinkan pihak berwenang Malaysia untuk menolak ekstradisi. Pengacara yang bermarkas di New Delhi, Saurabh Chaudhary mengatakan Malaysia pada akhirnya dapat menolak untuk mengekstradisi Naik dengan alasan bahwa ia mungkin tidak menerima pengadilan yang adil di India.

"Malaysia mungkin berpendapat bahwa mereka yang mengipasi sentimen antiminoritas di India jarang dituntut dengan kepelikan tuntutan yang dituduhkan kepada Naik," katanya.

(ap/vlz)

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan deutsche welle. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab deutsche welle.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement