REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kembali mengancam China. Kali ini, ia menegaskan akan memutus hubungan kedua negara.
Ancaman barunya ini dikatakan sehari setelah diplomat top AS, asisten sekretaris untuk Asia Timur David Stilwell berbicara dengan Beijing dan perwakilan dagang AS, Robert Lighthizer, berbicara di Kongres AS.
Dalam cicitan melalui akun resmi Twitternya, Donald Trump mengatakan akan tetap mempertahankan opsi kebijakannya ydengan China yakni decoupling atau pemisahan antara ekonomi negara yang dahulunya memiliki keterikatan yang kuat. Trump telah membuat penyeimbangan kembali defisit perdagangan besar-besaran AS dengan China, tetapi hubungan keduanya telah memburuk saat kampanyenya untuk pemilihan presiden pada November mendatang semakin memanas.
"Itu bukan kesalahan Duta Besar Lighthizer (kemarin di Komite) karena mungkin saya tidak menjelaskan," ujar Presiden AS dikutip dari Reuters, Jumat (19/6).
"Tetapi AS tentu saja mempertahankan opsi kebijakan, dalam berbagai kondisi, decoupling lengkap dari China," ujarnya menambahkan.
Kepada komite DPR AS, Lighthizer mengatakan bahwa memisahkan ekonomi kedua ekonomi besar dunia itu mustahil untuk saat ini. "Apakah saya pikir Anda bisa duduk dan memisahkan ekonomi AS dari ekonomi China?" katanya.
"Tidak, saya pikir itu opsi kebijakan bertahun-tahun yang lalu. Saya kira ini bukan opsi kebijakan yang masuk akal pada saat ini," katanya lagi.
Hubungan AS dan China telah mencapai titik terendah dalam beberapa tahun. Terlebih sejak pandemi virus corona baru yang dimulai di China menghantam AS. Trump dan pemerintahannya telah berulang kali menuduh Beijing tidak transparan mengenai wabah tersebut.
Pada Rabu (18/6), Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo bertemu dengan diplomat Cina, Yang Jiechi, di Hawaii. Isu-isu yang diperselisihkan kedua negara dibicarakan dalam pertemuan yang dimaksudkan memperbaiki hubungan kedua negara yang belakangan merenggang tersebut.
Juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Morgan Ortagus, mengatakan dalam pertemuan tersebut Pompeo menekankan perlunya kesepakatan timbal balik antar kedua negara. Kesepakatan ini harus berlaku di seluruh bidang, termasuk komersial, keamanan, dan diplomatik. Pertemuan di Honolulu dimulai sekitar pukul 09.00 dan berakhir pada pukul 15.50 waktu setempat.
"Dia juga menekankan perlunya transparansi penuh dan berbagi informasi untuk memerangi pandemi Covid-19 yang sedang berlangsung dan mencegah wabah di masa depan," ujar Ortagus. Pertemuannya di Hawaii itu menjadi kontak pertamanya dengan Yang setelah sambungan telepon 15 April lalu. Pertemuan tatap muka mereka terakhir dilakukan tahun lalu.
China menggambarkan pembicaraan Hawaii sebagai "konstruktif". Tetapi Kementerian Luar Negeri meyebut Yang mengatakan kepada Pompeo bahwa Washington perlu menghormati posisi Beijing pada masalah-masalah utama dan menghentikan intervensinya dalam hal-hal seperti Hong Kong, Taiwan, dan Xinjiang, sambil bekerja untuk memperbaiki hubungan.
Beberapa jam setelah pertemuan berakhir, China mengatakan badan parlemen utamanya akan meninjau rancangan undang-undang keamanan Hong Kong selama sesi yang dimulai Kamis.
Sebelumnya, para menteri luar negeri dari negara-negara G7, termasuk Pompeo, mengeluarkan pernyataan yang menyerukan China untuk tidak menindaklanjuti dengan undang-undang tersebut. UU tersebut oleh para kritikus disebut sebagai serangan terhadap kebebasan demokrasi di wilayah tersebut.